Rabu 19 Feb 2014 12:54 WIB

Polisi Ukraina Serbu Markas Oposisi, Tujuh Orang Tewas

Aksi demonstrasi di Ukraina, para pengunjuk rasa berhadapan dengan barikade polisi setempat.
Foto: Reuters
Aksi demonstrasi di Ukraina, para pengunjuk rasa berhadapan dengan barikade polisi setempat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polisi antihuru-hara menyerbu kamp oposisi utama Ukraina di Kiev Selasa setelah bentrokan menewaskan sedikitnya tujuh orang di hari paling berdarah dalam tiga bulan protes, memicu peringatan internasional.

Pemimpin oposisi Vitali Klitschko meminta kaum wanita dan anak-anak untuk keluar dari perkemahan di ikon Kiev Lapangan Kebebasan saat polisi antihuru hara mulai pengerebekan mereka.

Tetapi sekitar 25.000 pemrotes tetap berada di alun-alun itu setelah berakhirnya ultimatum pukul 18.00 waktu setempat dari pasukan keamanan yang menuntut ketenangan dipulihkan.

Polisi mengatakan lima warga sipil dan dua polisi telah meninggal selama sehari bentrokan yang menjadikan bagian tengah Kiev menjadi zona perang.

Para pengunjuk rasa merebut kembali kendali balai kota Kiev, dengan sekitar 30 aktivis membuat pengaturan dasar jalur pertolongan pertama di dalam gedung, yang oposisi telah tinggalkan pada Minggu sebagai bagian dari kesepakatan amnesti dengan pihak berwenang,

menurut wartawan AFP di tempat kejadian.

Uni Eropa, PBB, AS dan NATO semua menyuarakan keprihatinan atas bentrokan itu, dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan dia "sangat khawatir tentang eskalasi kegentingan baru ini".

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan untuk menahan diri dan dialog, sementara Washington mengatakan "terkejut" oleh kekerasan dan mengatakan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych harus "menenangkan situasi".

Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan ia "sangat prihatin" dan mendesak "semua pihak untuk menahan diri dari melakukan kekerasan dan untuk segera melanjutkan dialog, termasuk melalui proses di parlemen".

Pada Selasa terlihat bentrokan pertama sejak pertengahan Januari di ibu kota Ukraina, yang telah dilanda demonstrasi anti-pemerintah sejak Presiden Viktor Yanukovych pada November menolak mendukung pakta Uni Eropa dan bersikap lebih dekat dengan Rusia.

Para pengunjuk rasa sempat merebut markas besar partai Yanokuvych setelah beberapa ratus menyerang dengan bom molotov dan menghancurkan jalan-jalan tetapi kemudian menarik diri saat asap mengepul terus dari bagian bangunan, kata reporter AFP di tempat kejadian.

Bentrokan berkobar Senin pagi setelah sekitar 20.000 pengunjuk rasa damai berbaris dari tenda perkemahan mereka yang luas ke arah parlemen untuk menuntut para legislator memecat presiden dari kekuasaan.

Polisi menembakkan peluru karet dan bom asap serta granat kejut dilemparkan pada pengunjuk rasa yang melemparkan batu paving dan membakar dua truk ketika mencoba untuk menerobos ke gedung parlemen yang dijaga ketat.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier memperingatkan bahwa bentrokan dapat menyebabkan sanksi Uni Eropa terhadap individu yang bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi.

"Siapa pun yang bertanggung jawab atas keputusan yang telah menyebabkan pertumpahan darah di Kiev dan bagian-bagian lain dari Ukraina harus mengharapkan Eropa untuk mempertimbangkan kembali posisinya dalam pemberian sanksi kepada individu," kata Steinmeier dalam sebuah pernyataan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement