REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pakar keuangan dan perbankan syariah Muhammad Syafii Antonio menilai manajemen penyelenggaraan haji saat ini sudah mulai baik dari sebelumnya. Untuk itu layak diapresiasi.
"Hanya saja, pemikiran pemimpin saat ini haji dianggap bisnis yang biasa, sehingga belum ada terobosan yang fundamental dalam penyelenggaraan haji di negara kita," kata Syafii dalam diskusi umum dengan tema reformasi haji yang digelar di Masjid Andalusia, Kampus STEI Tazkia, Sentul, Kabupaten Bogor, Selasa (18/2).
Menurut Syafii, niatan Menteri Agama agar Indonesia memiliki pesawat haji harus diaminkan dan bisa menjadi kenyatakan. Ia berkeyakinan negara mampu menyewa pesawat untuk haji yang nantinya dapat disewakan kembali sepanjang tahun untuk pemberangkatan umrah.
Selain itu, Syafii juga mengatakan hendaknya penyelenggara haji mampu mengelola dana haji dengan mengembangkan bisnis pendukung, seperti perhotelan atau pemondokan yang bisa digunakan saat musim haji lalu musim umrah.
Terkait usaha hotel dan pemondokan haji, Syafii mencontohkan beberapa rekannya yang memiliki hotel menyewakan lagi hotelnya kepada penyelenggara haji dan umrah. Sejumlah travel yang tergabung dalam konsorsium juga mengirimkan 3.000-5.000 jamaahnya sehingga hotel tersebut penuh sepanjang tahun.
Menurut Syafii, jika Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) mampu menyewa hotel di dekat Masjidil Haram dalam jangka panjang, dan dikelola sendiri sehingga keuntungan akan bisa dinikmati bersama-sama.
Syafii mengungkapkan, untuk mendapat alokasi penginapan atau pemondokan di Tanah Suci sulit karena orang-orang dari negara lain membawa uang lebih banyak dari uang orang Indonesia.
Oleh karena itu, kata dia, manajemen haji sudah harus mampu mengelola dana haji sebagai usaha yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji seperti penerbangan, pemondokan dan katering.