Rabu 19 Feb 2014 18:58 WIB

Sang Penolak Raja (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Art.picture.com
Ilustrasi

Oleh: Afriza Hanifa

Abu Wada’ah merupakan salah seorang murid Syekh Sa'id bin Musayyab. Ia tak pernah absen di setiap majelisnya. Hingga suatu saat, ia tak menghadiri majelis selama beberapa hari. Tak ada kabar datang darinya.

Lalu, ketika Abu Wada'ah telah mendatangi majelis, ia segera mendapat sapaan dari syekh. “Ke mana saja kau wahai Abu Wada'ah?”

“Saya sibuk mengurus jenazah istri saya yang meninggal,” jawabnya.

Syekh pun berkata, “Jika kau memberi kabar, pastilah aku akan takziyah dan membantu kesulitanmu,” kata syekh.

Abu Wada'ah pun merasa berterima kasih atas kebaikan syekh. Saat majelis telah usai, syekh kembali menyapanya. Ia meminta Abu Wada'ah duduk sejenak untuk berbincang.

“Apa kau tak berpikir untuk menikah lagi?” tanya syekh.

Mendengarnya tentu Abu Wada'ah terkejut. “Semoga Allah merahmati Anda wahai Syekh. Siapa yang mau menikahkan putrinya dengan saya sementara saya ini hanyalah pemuda yatim dan hidup dalam kondisi fakir. Saya hanya memiliki harta dua atau tiga dirham,” ujarnya.

Namun, jawaban Syekh sangat mengejutkan, “Aku akan menikahkanmu dengan putriku,” ujarnya.

Abu Wada'ah tentu saja heran bukan kepalang. Ia sangat kaget mendengarnya. “Anda wahai syekh? Anda berkenan menikahkan putri Anda denga saya sementara Anda tahu betul kondisi saya?” tanyanya tak percaya.

Namun, syekh menjawab santai, “Ya benar. Jika ada seorang datang dan saya menyukai agama dan akhlaknya, maka saya akan menikahkan putri saya dengannya. Dan, kau adalah orang yang saya sukai agama dan akhlaknya,” jawab syekh.

Putri syekh pun kemudian menikah dengan Abu Wada'ah. Dalam membangun rumah tangga, syekh selalu siap membantu rumah tangga putri dan murid kesayangannya.

Mendengar kisah Abu Wada'ah itu, para putra sultan pun terkejut. “Orang itu sungguh mengherankan,” ujar si bungsu tak habis pikir dengan sikap Syekh Sa'id.

Tapi, si pengasuh yang bercerita menimpali, “Apa yang mengherankan wahai tuan? Syekh memang manusia yang menjadikan dunia hanya sebagai kendaraan dan perbekalan untuk akhirat. Demi Allah, bukan karena beliau tak suka putra Amirul Mukminin. Hanya saja, syekh memandang al-Walid tak sebanding dengan putrinya. Syekh hanya khawatir putrinya akan tergoda dengan fitnah dunia.”

Si pengasuh pun melanjutan kisahnya bahwa syekh pernah ditanya mengapa menolak pinangan Amirul Mukminin dan justru memilih menikahkan putri dengan seorang awam yang miskin.

Dengan mantap, syekh menjawab, “Putriku adalah amanat di leherku, maka kupilihkan apa yang sesuai untuk kebaikan dan keselamatan dirinya. Bagaimana pendapat kalian jika ia pindah ke istana Bani Umayyah lalu bergelimang harta? Bagaimana keteguhan agamanya nanti?”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement