Kamis 20 Feb 2014 10:27 WIB

Jalan Hidup Salikin: Dunia Mimpi-Mukasyafah (2)

Ilustrasi
Foto: Artsytime.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Kalangan wali Allah juga diberi karamah untuk bisa menyaksikan peristiwa yang akan terjadi pada masa depan, seperti pengalaman Khidhir yang diceritakan di dalam surah al-Kahfi.

Khidhir membunuh anak kecil yang tidak berdosa dengan alasan jika anak itu besar nanti akan menjadi anak yang durhaka dan banyak menimbulkan keonaran, sedangkan orang tuanya masih akan dikaruniai anak-anak lain yang saleh dan salehah (QS al-Kahfi [18]: 80).

Kekuatan apa yang digunakan Khidhir untuk membaca masa depan anak tersebut, tidak lain adalah mukasyafah.

Semakin tinggi ketaatan dan keikhlasan seseorang semakin besar peluang untuk mencapai tingkat mukasyafah. Sebaliknya, semakin rendah tingkat ketaatan dan keikhlasan seseorang semakin tebal pula penutup (hijab) yang menghalang untuk mencapai mukasyafah.

Dalam hadis Nabi disebutkan ada 70 ribu hijab yang menghijab manusia dengan Tuhannya. Hal-hal yang bisa menjadi penghalang seseorang untuk mencapai mukasyafah ialah dosa dan maksiat.

Sungguh pun orang tidak berdosa dan bermaksiat dan telah melakukan ibadah dan berbagai ketaatan individu dan sosial tetap tidak ada jaminan dapat mencapai mukasyafah. Pencapaian mukasyafah sangat ditentukan oleh keridhaan Allah SWT.

Orang yang mencapai mukasyafah memiliki banyak keutamaan. Selain mampu memahami sejumlah rahasia Allah, juga biasanya diberi kemampuan untuk melakukan sesuatu yang “luar biasa” (khariq li al-'adah) yang tidak bisa dilakukan orang-orang biasa.

Perbuatan “luar biasa” itu biasa disebut dengan karamah. Para wali yang rata-rata sudah mencapai tingkat mukasyafah  bisa melakukan sesuatu yang bersifat ajaib atas izin Kekasihnya, yaitu Allah. Namun, perlu dibedakan antara karamah, mu'jizah, dan sikhr.

Karamah perbuatan luar biasa diberikan Tuhan kepada para wali atau hamba tertentu yang dipilih-Nya. Mukjizat perbuatan luar biasa khusus diberikan kepada para nabi dan rasul. Sedangkan sikhr perbuatan luar biasa diberikan kepada manusia biasa yang telah mempelajari ilmunya.

Sikhr biasanya tidak mensyaratkan adanya mukasyafah, sedangkan mukjizat dan karamah mengharuskan adanya mukasyafah. Para wali tujuannya bukan untuk mendapatkan perbuatan luar biasa. Bahkan, mereka mengelak untuk memanfaatkan keluarbiasaan itu. Mereka khawatir jangan sampai karamah itu menjadi hijab baru baginya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement