Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Nabi mengambil pelepah kurma yang masih segar, lalu ditancapkan di atas kedua kuburan itu. Mereka bertanya, “Untuk apa ini dilakukan?”
Nabi menjawab, “Agar Allah meringankan siksaan keduanya.” Ditanya lagi, “Sampai kapan mereka disiksa?” Dijawab oleh Nabi, “Ini hal gaib, tidak ada yang tahu selain Allah. Seandainya hati kalian tidak dilanda keraguan dan tidak mengajak kalian untuk mengajak bicara, niscaya kalian akan mendengar apa yang sedang aku dengar.” (HR Ahmad).
Hadis ini menunjukkan kemungkinan terjadinya kasyf bagi orang yang mampu mencapai tingkat keyakinan yang tinggi, tidak terlalu banyak bicara, dan senantiasa membersihkan hati.
5. Hanzhalah bin al-Rabi’ al-Usaidi, salah seorang sekretaris Nabi, berkata, “Abu Bakar datang menemuiku dan berkata, ‘Apa yang terjadi pada dirimu, wahai Hanzhalah?’ Aku menjawab, ‘Hanzhalah telah menjadi seorang munafik.’ Ia berkata, ‘Subhanallah, kamu berkata apa?’ Ia menjawab, ‘Kita ini kan berada di samping Nabi dan menjelaskan tentang surga dan neraka. Majelis itu seperti menyaksikan dengan jelas keberadaan surga dan neraka.’”
Lalu, Nabi diberi tahu cerita ini. Nabi menanggapi, “Demi Zat yang menguasai jiwaku! Seandainya kalian terus-menerus mengalami apa yang kalian alami saat berada di sisiku dan terus menerus berzikir, niscaya para malaikat akan menyalami kalian di tempat-tempat pembaringan kalian dan di jalan-jalan kalian lewati. Hanya saja, Hanzhalah, itu hanya terjadi sewaktu-waktu.” (HR Muslim danTurmudzi).
6. Suatu malam, ketika Dawud al-Thai wafat, saya mimpi melihat cahaya dan para malaikat kelihatan sangat sibuk, ada yang naik, ada yang turun. Saya bertanya kepada salah seorang di antara mereka, “Ada apa malam ini?” Ia menjawab, “Mereka (para malaikat) sibuk mempersiapkan kedatangan Dawud al-Thai yang malam ini wafat karena itu surga dihiasi menjemput kehadirannya.”
7. Ketika Kurtz bin Wabrah wafat, ada orang yang bermimpi seakan-akan para penghuni kubur keluar dengan menggunakan pakaian putih bersih. Salah seorang di antara mereka ditanya, “Ada apa gerangan?” Dijawab, “Para penghuni kubur dibagi-bagikan pakaian baru untuk menjemput kedatangan Kurtz bin Wabrah.”
8. Pengalaman mistis Imam al-Ghazali (1058-1111 M) ketika ditanya, mengapa engkau sering mengutip hadis-hadis Ahad (tidak populer) di dalam kitab Ihya Ulumuddin, lalu ia menjawab, “Saya tidak pernah menulis satu hadis di dalam buku ini sebelum saya konfirmasikan kepada Rasulullah.”
Padahal, Rasulullah wafat 632 M dan al-Ghazali wafat pada 1111 M, selisih 479 tahun. Kitab Ihya Ulumuddin merupakan masterpiece al-Ghazali yang ditulis di puncak menara Masjid Damaskus.
9. Kejadian yang hampir sama juga pernah dialami Ibnu Arabi (1165-1240 M), seorang sufi besar, ditanya seorang muridnya perihal bukunya, Fushush al-Hikam, yang dirasakan seperti ada misteri. Kata muridnya, “Setiap kali saya baca buku ini, setiap itu pula saya mendapatkan sesuatu yang baru.”
Lalu dijawab, “Buku itu memang pemberian Rasulullah langsung kepada saya, bahkan judul bukunya pun dari Rasulullah (khudz hadza kitab Fushuhsh al-Hikam).” Padahal, selisih masa hidup Rasulullah dan Ibnu Arabi terpaut 608 tahun.
Contoh-contoh tersebut hanya sebagian kecil di antara berbagai pengalaman mistis para salik. Para ulama besar yang memiliki reputasi monumental, seperti Imam Syafii, Imam Malik, dan Ibnu Hajar al-Asqalani, memiliki cerita-cerita yang sulit dimengerti akal pikiran, tetapi kebenarannya terbukti dalam bentuk karya nyata.
Ada sejumlah kitab yang menceritakan kekeramatan para wali Allah, seperti dalam kitab Jami Karamat al-Auliya' (dua jilid) karya an-Nabhani.