REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Untuk pertama kali sejak Amerika Serikat secara militer terlibat di Afghanistan pada 2001, pendapat masyarakat AS mengenai perang itu sekarang lebih negatif. Demikian hasil jajak pendapat Gallup yang disiarkan pada Rabu (19/2).
Pendapat rakyat Amerika sekarang terpecah. ''Sebanyak 49 persen mengatakan keterlibatan di sana adalah kekeliruan dan 48 persen menyatakan tidak,'' kata survei World Affairs Gallup periode 6-9 Februari.
Gallup mula-mula mengajukan pertanyaan kepada orang Amerika mengenai campur tangan AS di Afghanistan pada November 2001. AS mengirim militernya ke Afghanistan setelah serangan teror 11 September di Washington dan New York, sehingga menewaskan hampir 3.000 orang.
AS menyerbu Afghanistan untuk menghukum Taliban karena menampung tokoh Alqaidah yang bertanggung jawab atas serangan di AS.
Saat itu, kurang dari satu dari 10 orang Amerika mengatakan keterlibatan AS di sana keliru --paling banyak mengenai perang sejak Gallup pertama kali mengajukan pertanyaan selama Perang Korea 1950.
"Jelas, dalam suasana yang berkecamuk dan suasana dampak pertemuan umum yang terjadi setelah 11/9, banyak orang Amerika mendukung keputusan untuk mengirim militer AS ke Afghanistan," kata Gallup di dalam laporan yang menyertai survei tersebut sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Persepsi orang Amerika bahwa keterlibatan AS di Afghanistan adalah kekeliruan naik saat perang tersebut berkecamuk terus, kendati terjadi naik-turun selama bertahun-tahun. Mereka yang percaya perang itu adalah kekeliruan mencapai 25 persen pada 2004, melebih 30 persen untuk pertama kali pada 2008, lalu 40 persen pada 2010.
Namun, rentang waktu lebih dari 12 tahun --selama itu kurang separuh orang Amerika berpendapat AS membuat kekeliruan dalam memasuki Afghanistan-- telah sangat lama berkaitan dengan campur tangan AS pada masa lalu.
Afghanistan telah menjadi perang paling lama Amerika yang terjadi lebih dari 12 tahun sejak pasukan militer AS pertama kali dikirim pada 2001. Sebanyak 35.000 prajurit masih tersisa di sana.