REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD --- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Kamis menuduh kelompok ekstrimis dan garis keras Ukraina mencari cara untuk memicu perang saudara saat pengunjuk rasa menyerbu perintang polisi di Kiev setelah kegagalan gencatan senjata.
Moskow mendukung perundingan pihak berwenang Ukraina dengan kelompok oposisi untuk mengatasi kemelut itu.
''Rusia sepakat melawan kelompok ekstrimis dan garis keras yang berusaha memicu perang saudara,'' kata Lavrov pada jumpa pers di Baghdad, Irak, dalam sambutannya yang diterjemahkan dari bahasa Rusia ke bahasa Arab.
Bentrokan di Kiev pada Kamis merusak gencatan senjata yang telah diserukan oleh Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, sehari sebelumnya sebagai reaksi atas aksi kekerasan yang menewaskan lebih dari dua lusin orang dalam waktu kurang dari 48 jam.
''Korban tewas terbaru itu menjadikan setidaknya 54 orang tewas di Ukraina sejak awal pekan ini,'' data kementerian kesehatan dan penghitungan AFP.
Krisis di Ukraina mulanya dipicu oleh keputusan mengejutkan Yanukovych pada bulan November untuk meninggalkan kesepakatan bersejarah dengan asosiasi perdagangan dan politik Uni Eropa untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Kremlin.
Tapi, hal itu telah berkembang menjadi gerakan menentang pemerintah yang jauh lebih luas yang telah melanda dua bagian negara itu, yaitu pro-Barat di bagian barat dan bagian timur yang lebih cenderung ke Rusia. Hal itu juga membuka perbedaan sejarah yang mendalam antara keduanya.