Jumat 21 Feb 2014 08:31 WIB

Sunnatullah, Menjaga Kelestarian Alam

Aksi peduli lingkungan (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Aksi peduli lingkungan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Baraas

DENPASAR -- Menjaga kelestarian alam atau lingkungan terdengar sederhana, padahal merupakan risalah yang besar. Karena melestarikan alam adalah sunnatullah.

Melestarikan alam punya arti sangat penting, karena terkait dengan keseimbangan alam dan masa depan kehidupan manusia. Sekecil apa pun usaha pelestarian, manfaatnya sangat besar bagi kehidupan.

''Begitu juga sekecil apa pun pencemaran atau perusakan lingkungan yang dilakukan, dampaknya juga akan sangat besar,'' ungkap ketua BPK Bidang Lingkungan Ali Masykur Musa di Denpasar, Bali, Rabu (19/2).

Setiap agama, sambung ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), punya pandangan dan ajaran masing-masing terkait dengan pelestarian lingkungan.

Begitu juga dengan ajaran Islam, masalah pelestarian lingkungan dan keseimbangan alam dikemukakan dengan tegas dalam Al Quran.

"Islam sangat memperhatikan masalah lingkungan, baik dengan lingkungan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya," kata Ali Masykur.

Hal tersebut dikemukakan Ali Masykur Musa di Denpasar dalam acara peluncuran kampanye bebas sampah pelastik yang diadakan oleh Ashram Gandi Puri.

Ashram yang pendiriannya digagas rohaniwan wanita Hindu, mendiang Gedong Bagus Oka, menempatkan kegiatan kampanye bebas sampah pelastik menjadi bagian dari kampanye Sacred Art Sacred Healing atau pengobatan dengan seni dan olah spiritual.

Selain gerakan bebas sampah pelastik, tiga hal yang menjadi kegiatan program ini yakni kampanye pola makan dengan mengonsumsi makanan yang ditanam dengan pupuk organik, kampanye mengurangi mengonsumsi makanan cepat saji, serta kampanye pengobatan dengan doa atau pendekatan diri kepada Tuhan.

Ali Masykur Musa mengatakan, dalam Islam, manusia diwajibkan menjaga hubungan vertikal dengan Tuhan (hablum minallah) dan juga hubungan horisontal sesama manusia (hablum minannaas).

Begitu juga sebagai khalifah atau wakil Tuhan di bumi, wajib menjaga keseimbangan alam. "Sebagai kholifah fil ardh, manusian tidak boleh merusak alam, melainkan hanya boleh mengelolanya untuk keseimbangan alam," kata Ali Masykur Musa.

Dalam surat Ar Rum ayat 41 disebutkan "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.''

Sedangkan dalam surat Al Qasas ayat 77, Allah melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi. Sebaliknya memerintahkan manusia untuk berbuat baik dengan sesamanya. Bahkan Alla membenci orang-orang yang berbuat kerusakan.

Menurut Ali Masykur, dalam menjaga keseimbangan alam, AllahSWT  telah menciptakan bumi sebagai hamparan yang luas yang di atasnya berdiri gunung-gunung yang kokoh sebagai tiang pancang.

Begitu juga ada langit yang tinggi, yang keseimbangannya sudah dijaga oleh Allah. "Kalau manusia merusak gunung, merusak alam, merusak hutan, merusak laut, mereka manyalahi sunnatullah. Karena mereka telah merusak keseimbangan itu," katanya.

Bahkan bagaimana Islam menyayangi lingkungan, tergambar dalam salah satu larangan dalam ibadah haji atau umroh. Yakni mereka sedang berihram, dilarang membunuh hewan seperti semut dan nyamuk sekali pun.

Mereka yang berihram dilarang menebang pohong, memetik ranting, atau mencabut rumput. Bahkan memotong kuku, mencabuti bulu atau rambut yang ada di tubuh kita pun tidak dibolehkan.

Mengenai kampanye memisahkan sampah pelastik dengan sampah organik yang dilakukan Ashram Gandi Puri, dikatakan salah seorang calon presiden dari Partai Demokrat itu, memang terkesan sepele.

Tapi membiarkan sampah pelastik atau membuangnya sembarangan, dapat merusak alam, bisa menimbulkan pendangkalan bila dibuang ke sungai atau ke laut.

Perbuatan merusak alam menentang sunnatullah, bertentangan takdir manusia sebagai khalifah Allah atau sebagai penjaga keharmonisan dalam khidupan di bumi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement