REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jalan utama Kapten Mulyadi, Solo, khusus sepanjang Kamis (20/2), ditutup. Ini lantaran digunakan ajang perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ke-102 di sekitar area Masjid Ar Riyadh, Pasar Kliwon, Solo.
Ribuan jamaah datang dari berbagai pelosok daerah. Mereka berduyun-duyun, hingga berdesak-desakan bersama jamaah lain, mengikuti acara rutin setiap tahun haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Juga mendengarkan riwayat syiar dan dakwah ulama besar asal Hadramaut, negeri Yaman tersebut.
Selain ribuan jamaah yang memadati kawasan tempat pelaksanaan haul, momen kesempatan itu juga dimanfaatkan sejumlah pedagang untuk mendapatkan keuntungan.
Tampak ribuan pedagang baju takwa, tasbih, peci, dan masih banyak lagi, juga turut memadati kawasan Jalan Kapten Mulyadi. Mereka memeriahkan acara haul dan menjajakan dagangan. Sepanjang jalan utama Kapten Mulyadi, Solo, berubah menjadi pasar dadakan.
Ratusan stan dagangan disiapkan di tepi jalan yang biasanya lengang dari pedagang kali lima. Pemukiman kawasan Kecamatan Pasar Kliwon, juga disewakan untuk menginap pengunjung haul yang datang dari luar kota.
Selain Jalan Kapten Mulyadi, suasana ramai juga terjadi di Alun Alun Kidul, Keraton Surakarta Hadiningrat. Di sana, juga dipenuhi pedagang yang menjajakan aneka barang. Juga ada yang membuka jasa WC umum, jasa parkir kendaraan dan mobil.
Suharno (45) asal Grogol, Kabupaten Sukoharjo, turut memanfaatkan momen haul ini. Ia menjajakan karya kaligrafi buatan sendiri. ''Hampir setiap tahun acara haul, saya jualan kaligrafi di sini,''katanya.
Meski hanya sebatas menjual kaligrafi, Slamet (50), tak merasa kecil hati. Berdasarkan pengalamannya, dari haul yang diselenggarakan tahun lalu, ia meraup omset penjualan peci Rp 2 juta dalam waktu sehari semalam. Bahkan, untuk haul tahun ini ia mengaku dibantu puteranya, mendapat penghasilan lebih.
Sulastri (35), pedagang mie ayam dan bakso asal Wonogiri itu juga mengaku dagangannya laris manis. Selama perayaan Haul Habib Ali meraup hasil jutaan. Mungkin saking banyaknya pengunjung, dagangan cepet ludes. Ia sampai tegang ketika stan emplek-emplek dikerubut pembeli.
Mustofa Mulachela, cucu Habib Ali, mengatakan, almarhum Habib Ali adalah seorang ulama besar. Ia terkenal dengan budi akhlaq mulia dan kedermawanan. Juga dikenal pendiri pusat pendidikan Islam pertama di Hadramaut, negeri Yaman.
Masih menurut ceritera Mustofa Mulachela, setelah bertahun-tahun berdakwah di negeri Hadramaut, Yaman, Habib Ali berhasil mendidik santri yang menyebar ke berbagai negara.
''Beliau wafat pada tahun 1330 H dan dimakamkan di tanah kelahiran, Hadramaut, negeri Yaman. Bila dihitung sampai saat ini, wafatnya sudah seabad lebih.''
Salah satu karya almarhum yang populer dan sering dibaca dalam banyak majlis maulid di Indonesia, yakni Kitab Maulid Simtuddurar.
Buku ini berisikan sejarah dan penjelasan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW. Selain itu, almarhum juga sosok ulama yang alim. Hingga santri didikannya menyebar ke berbagai pelosok penjuru dunia, salah satunya, Indonesia.
Salah satu putera Habib Ali, Habib Alwi, yang hijrah ke Indonesia. Dia datang untuk berdakwah. Lalu mendirikan Masjid Riyadh, Pasar Kliwon, Solo.
Kemudian setelah wafat, perjuangan dakwah dilanjutkan puteranya, Habib Anis, yang juga wafat pada 2006 lalu. ''Habib Anis ini-lah yang pertama kali mengadakan acara Haul Habib Ali di Masjid Riyadh ini,''katanya.
Melalui pelaksanaan Haul ke 102 ini, kata Mustafa, pihaknya ingin menyebarkan syiar kepada masyarakat luas. Sehingga ajaran maupun ilmu yang diberikan terus tersampaikan.
Melalui pelaksanaan Haul Habib Ali,''kami membacakan riwayat dan sejumlah kitab-kitab beliau. Ini agar ilmu yang diajarkan terus tersampaikan meski beliau sudah meninggal.''