REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Rikwanto mengatakan geng motor lahir dari sebuah kelompok yang tidak konsisten kemunculannya.
"Kelompok tersebut itu muncul hilang, muncul hilang," kata Rikwanto di Jakarta, Kamis (20/2).
Rikwanto berkata, mereka yang membentuk kelompok punya kesamaan ide dan dan hobi akan motor. Namun mereka minim bimbingan untuk mengarahkan ke perilaku positif. Semakin lama berjalan, kelompok yang sudah saling kenal dan tingginya intensitas berkumpul mulai merasa punya kepentingan untuk mengembangkan kelompoknya. "Mereka menganggap kelompoknya kurang dikenal atau dianggap kurang ada apa-apanya," kata Rikwanto.
Akhirnya, kata Rikwanto, kelompok tersebut kedatangan orang baru yang biasanya lebih senior dan berpengalaman dalam kelompok motor dari mereka. Pemuda-pemuda tanpa arah ini ingin melakukan perubahan agar lebih dikenal. Perkembangan kelompok terjadi, seperti ada aturan baru yang diterapkan di kelompok mereka. Untuk hal ini, mereka menginginkan keekstriman dalam melakukan segala hal yang berkaitan dengan motor. "Seperti kebut-kebutan tidak pakai rem dan hanya pakai kopling saja," kata Rikwanto.
Tidak hanya selesai dikebut-kebutan saja. Rikwanto menjelaskan, peraturan mereka juga lebih meningkat agar lebih dikenal. Terutama dalam penerimaan anggota baru yang dinilai menjadi acuan besarnya sebuah kelompok motor.
Rikwanto mengucapkan, mereka merekrut anggota baru dengan cara tertentu, seperti melakukan baiat hingga bertindak yang menjurus kepada perilaku kriminal untuk anggota baru. Selain itu, mereka juga menggunakan atribut tertentu yang dapat menunjukkan identitas mereka agar dikenal orang sebagai geng yang berkuasa. "Sampai akhirnya nama kelompok mereka pun diubah menjadi lebih seram untuk mendukung kelompok mereka," kata Rikwanto.
Sementara, masyarakat awalnya tidak mengira kelompok ini bisa bertindak kriminal. Masyarakat hanya sadar mereka pemuda yang sekadar membuat onar dengan mengubah suara knalpol menjadi lebih berisik atau kebut-kebutan di jalan. Namun, kasus pembacokan dan penyiraman air keras oleh geng motor Tangki di Pondok Gede menyadarkan masyarakat, kelompok ini sudah semakin meresahkan.
"Awalnya masyarakat tenang-tenang saja karena hanya sebatas kebut-kebutan dan knalpot berisik, tapi kini mereka tersadar," kata dia.
Tindakan Geng Tangki di Pondok Gede sudah masuk ranah kriminal. Tindak kekerasan itu terjadi di Warnet D'Cornet, Jalan Raya Pasar Kecapi RT 001 RW 004 Keluarahan Jatiwarna, Kec Pondok Melati Bekasi, Ahad (16/2) kemarin. Selain merampas handphone milik pengunjung warnet, mereka juga membacok pemilik warnet. Mereka juga sempat memberhentikan seorang pengendara motor dan menyiramkan air keras, sebelum membawa kabur motornya.
Sebelas pelaku yang terlibat dalam kasus itu sudah diamankan. Mereka berusia 14-27 tahun dan berprofesi sebagai pelajar SMP, SMA, hingga mahasiswa.