REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) menilai klaim Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) yang mengaku pernah menjadi korban penyadapan bisa menjadi persoalan.
Ini karena Jokowi tidak bisa membuktikan klaim pernyataannya. "Masalahnya klaim Jokowi disadap tidak disertai bukti kuat. Baik bukti alat penyadapan atau pihak yang memasang," kata Wakil Ketua Umum PAN, Drajad Wibowo ketika dihubungi wartawan, Jum'at (21/2).
Drajad menyatakan orang bisa saja menganggap Jokowi sekadar sedang mencari sensasi. Alih-alih mendapat simpatik, orang malah menduga alat-alat sadap di rumah dinas Jokowi memang sengaja ditaruh. "Bisa saja orang berkilah, ah alat-alat itu dipasang sendiri untuk sensasi. Dan sejuta kontra-klaim lain," ujarnya.
Pada bagian lain Drajad juga mengkritik sikap orang-orang dekat Jokowi yang terkesan tidak tanggap. Menurut Drajad mestinya orang sekitar Jokowi melakukan tindakan kontra intelejen yang cerdas dan efektif.
"Kegagalan kontra-intelijen ini membuat "skandal penyadapan" tersebut susah diketahui benar tidaknya, dan susah diketahui siapa yang memasang," katanya.