REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih menghitung nilai kerugian akibat erupsi dan lahar dingin dari Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur (Jatim), Kamis (13/2) malam lalu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya masih menghitung kerugian dan kerusakan akibat erupsi dan lahar hujan.
“Baik itu dalam sektor permukinan, infrastruktur, ekonomi produksi, sosial budaya, dan lintas sektor,” kata dia kepada Republika, Jumat (21/2) malam.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jatim, M Hidayat mengatakan, kecamatan di Kabupaten Malang yang menderita kerugian paling parah yaitu Kecamatan Ngantang, Kasembon, dan Pujon. Dia merinci, kerugian di bidang pertanian dari tiga kecamatan itu senilai Rp 442.037.459,500.
Sementara kerugian di bidang kehutanan, perikanan, dan peternakan yang dialami tiga kecamatan itu sebanyak Rp 11.586.450. "Kemudian kerusakan lahan pertanian seluas 7.404 hektare area (ha) dan lahan pohon 101.329 buah pohon senilai Rp 121.842.799,500," ujarnya.
Sementara itu, kerusakan bidang pariwisata terjadi di enam lokasi diantaranya Air Terjun Cuban Rondo yaitu senilai Rp 22.896.850. Sedangkan kerusakan hutan rakyat yang dialami Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Kasembon seluas 2.150 ha dengan nilai kerugian Rp 1.302.450.000.
“Kerusakan di bidang peternakan yaitu senilai Rp 10.068.000,” tuturnya. Mengenai kerusakan budi daya ikan ditaksir senilai Rp 216.000.000.