REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin berharap Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah memiliki nilai tambah berupa ciri khas sendiri. Karena selama ini Ponpes Muhammadiyah kurang terkenal.
"Muhammadiiyah lebih dikenal karena sekolahnya. Jadi saya berharap ada nilai tambah tersendiri pada pesantren di Muhammadiyah ini," katanya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ponpes Muhammadiyah se-Indonesia di Madrasah Mualimin Yogyakarta, Jumat (21/2).
Rakornas Ponpes Muhammadiyah dengan tema Penguatan Manajemen, Ekonomi dan UMKM Ponpes Muhammadiyah, digelar hingga Ahad (23/2).
Ciri khas ponpes Muhammadiyah ini kata Din, harus dikaitkan dengan perkembangan zaman. Karenanya tanpa disebut sebagai pesantren modern sudah bisa memberikan respon terhadap dinamika zaman itu sendiri. "Ini sesuai dengan ciri Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan. Ini silahkan pengelola pesantren untuk membuat ciri khas sendiri pada pesantrennya," katanya dihadapan 200 pengelola Ponpes Muhammadiyah se-Indonesia tersebut.
Ciri khas inilah yang menurut Din akan menjadi keunggulan Ponpes tersebut. Dengan cirikhas ini maka ponpes Muhammadiyah tidak harus banyak tetapi meski sedikit tapi kuat dan berwibawa.
Din, juga berharap salah satu cirikhas ponpes Muhammadiyah adalah manajemen yang baik. Karenanya pengelola ponpes Muhammadiyah harus mengetahui benar tentang manajemen tersebut. "Manajemen mengantarkan kita bagaimana mengantarkan lembaga, uang bukan segala-galanya. Banyak yang tidak ada uang menjadi banyak uangnya karena manajemen," katanya.
Ciri khas lain yang harus dimiliki ponpes Muhammadiyah adalah sebagai lembaga pengkaderan. Pengkaderan untuk persyarikatan, berbangsa dan bernegara. Pesantren kata Din, juga harus memiliki sumber usaha sehingga pesantren bisa mandiri melalui kewirausahaan atau bisnis.
"Saya berharap untuk terus menerus dan sungguh-sungguh untuk menjadikan lembaga ini sebagai pesantren yang sebenarnya baik itu pesantren, madrasah mauoun boading school," katanya.
Pesantren yang sesungguhnya adalah bukan hanya sekedar memiliki asrama, tetapi menekankan pendidikan dari pada pengajaran. "Proses pendidikannya 24 jam non stop. Ini tercipta oleh satu lingkungan yang bernuansa pesantren," ujarnya.