REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Palestina di Jalur Gaza harus bergulat dengan kondisi ekonomi yang semakin memburuk dan tingkat pengangguran yang meningkat akibat blokade Israel dan tindakan pemerintah Mesir yang menghancurkan terowongan bagi akses pasokan ke dan dari wilayah Palestina.
Menurut angka terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik Palestina, tingkat pengangguran di Jalur Gaza melonjak menjadi 38 persen pada akhir 2013. ''Angkanya naik dari 32 persen pada kuartal ketiga dari tahun yang sama,'' sebut laporan Press TV yang dikutip Mi’raj News pada Jumat (21/2).
Wilayah Palestina berada di bawah pengepungan ilegal Israel sejak 2007. Situasi yang telah membuat warga Palestina sangat tergantung pada barang-barang yang didatangkan melalui terowongan.
Terowongan adalah satu-satunya akses jalur suplai barang kebutuhan dan lintasan warga Gaza yang hidup di bawah pengepungan Israel. Palestina menggunakan terowongan untuk membawa bahan kebutuhan pokok seperti bahan makanan, gas, obat-obatan, bensin, dan ternak ke Jalur Gaza.
Namun, tentara Mesir telah menghancurkan ratusan terowongan pasokan Gaza sejak penggulingkan presiden Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis di negara itu dalam kudeta pada Juli tahun lalu.
Blokade Israel-Mesir berdampak buruk pada kondisi kemanusiaan dan ekonomi warga Palestina yang bermukim di daerah kantong Gaza, yang juga harus bergulat dengan kekurangan bahan bakar dan energi listrik yang parah selama beberapa bulan terakhir.