Senin 24 Feb 2014 06:48 WIB

Pengamat: Jangan Jadikan Risma Komoditas Politik

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan keterangan usai melakukan pertemuan tertutup dengan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso di Jakarta, Kamis (20/2). (Republika/Agung Supriyanto)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan keterangan usai melakukan pertemuan tertutup dengan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso di Jakarta, Kamis (20/2). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Polemik seputar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi sorotan. Direktur Political Communication (PolcoMM) Institute Heri Budianto berharap adanya persoalan terkait kepala daerah yang akrab dipanggil Risma itu tidak dijadikan sebagai komoditas politik pihak tertentu.

"Yang mengkhawatirkan kita adalah polemik yang mendera Risma ini dijadikan komoditas politik oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuan politik tertentu," kata Heri, selepas acara diskusi di Jakarta, Ahad (23/2). Apalagi, Heri melihat, sosok Risma sebagai tokoh yang tengah menjadi fenomena nasional.

Risma belakangan ini tengah mencari penjelasan mengenai pelantikan Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana yang dia nilai tidak sesuai prosedur. Ia juga sempat menyatakan diri ingin mundur dari jabatannya. Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso memanggil Risma. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun sempat menelepon untuk meminta Risma tidak mundur sebagai Wali Kota Surabaya.

Heri mengkhawatirkan adanya perhatian dari para elite ini terhadap Risma didompleng dengan kepentingan politik tertentu. Jangan sampai, ia mengatakan, langkah-langkah dari para elite politik itu hanya untuk mencari perhatian publik. "Ini gawat kalau itu terjadi, menurut saya. Jangan sampai seperti itu," kata dia.

Menurut Heri, siapapun yang menaruh perhatian terhadap permasalahan Risma harus melihat duduk persoalannya. Kemudian, ia mengatakan, memberikan solusi untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Karena, menurut dia, menjadikan Risma untuk kepentingan politik tertentu merupakan upaya menyesatkan. Ia melihat posisi presiden dan Priyo pun, contohnya, harus juga sesuai kapasitasnya.

"Oke presiden, oke pimpinan DPR. Tapi kapasitas anda untuk menyelesaikan persoalan Risma," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement