Senin 24 Feb 2014 15:26 WIB

Harga Anjlok, Perajin Gula Kelapa Kelimpungan

Rep: Eko Widiyanto / Red: Muhammad Fakhruddin
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Perajin gula kelapa yang ada di Kabupaten Banyumas, saat ini sedang mengalami masa-masa pahit. Hal ini karena harga gula di pasaran anjlok drastis.

Harga gula kelapa yang semula bisa mencapai Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kg, saat ini anjlok menjadi hanya Rp 5.600 per kg. Wartam (52), seorang penderes asal Desa Cilongok Kecamatan Cilongok yang sekaligus mengolah nira kelapa hasil sadapannya menjadi gula merah, mengaku anjloknya harga gula membuat dia tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan keluarganya dari hasil mengolah nira.

''Setiap hari, dengan menyadap 6 pohon kelapa yang dia tanam di pinggir  sungai, paling banyak saya hanya bisa menghasilkan 2-3 kg gula kelapa per hari. Kalau harganya masih Rp 10 ribu atau Rp 11 ribu, saya masih bisa mengandalkan pendapatan keluarga dari menyadap nira dan mengolahnya menjadi gula. Tapi dengan harga sekarang Rp 5.600 per kg, saya sudah tidak bisa lagi mengandalkan pekerjaan ini,'' keluhnya, Senin (24/2).

Hal serupa juga banyak dikeluhkan oleh para penyadap lainnya. Selama ini, perajin gula kelapa ini menyetorkan gula merah hasil olahannya pada pengepul. Oleh pengepul, bila harga gula merah di pasaran dihargai Rp 10.000 per kg, maka mereka hanya dapat menjual Rp 8.000 per kg.

''Namun dengan harga saat ini yang anjlok menjadi Rp 5.600 di pasaran, kami hanya dibayar Rp 3.500 untuk setiap kg gula yang kami jual ke pengepul,'' kata Marsiman (48), penyadap nira lainnya.

Para perajin nira ini tidak tahu, kenapa harga gula merah saat ini sangat anjlok. Yang jelas, anjloknya harga gula sudah berlangsung cukup lama, yakni sejak akhir tahun lalu. ''Anjloknya harga gula merah ini berlangsung bertahap, sampai harga seperti sekarang ini,'' katanya.

Akibat rendahnya harga gula merah tersebut, saat ini banyak penyadap yang beralih pekerjaan menjadi buruh-buruh tani atau bangunan. Sementara pohon kelapa yang tadinya disadap untuk diambil niranya, banyak dibiarkan sehingga pucuk buahnya dibiarkan berbunga dan menjadi buah kelapa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement