REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta akan menjadikan abu vulkanik dampak erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur sebagai bahan penelitian untuk pembuatan pupuk pelet yang bermanfaat menyuburkan tanah dan lahan pertanian.
"Hal itu kami lakukan karena abu vulkanik Gunung Kelud bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah dan lahan pertanian," kata koordinator tim peneliti yang juga pakar pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gunawan Budiyanto, di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, abu vulkanik Kelud lebih lembab karena bersifat higroskopis atau mudah menyerap kelembaban lingkungan. Selain itu, kandungan mineralnya juga banyak besinya. Kadar air yang dikandungnya dalam kondisi kering bisa mencapai 8-10 persen.
"Abu Kelud itu juga memiliki kandungan besi, mangan, silikat, aluminium, kalsium, kalium, dan fosfor. Jadi, abu itu kalau sudah menjadi pupuk, bisa menjadi cadangan jangka panjang," kata Wakil Rektor I UMY itu.
Ia mengatakan abu vulkanik Kelud ketika sampai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi lebih halus karena menempuh jarak yang lebih jauh, yakni sekitar 300 kilometer. Selain itu, kandungan pasirnya tidak ikut terbawa angin.
"Abu vulkanik Kelud yang lebih halus itu memiliki kelebihan dibandingkan dengan abu Gunung Merapi dalam pemanfaatannya. Abu yang lebih halus itu lebih mudah untuk mengikat air," katanya.
Dengan demikian, menurut dia, waktu yang dibutuhkan untuk pengolahannya menjadi pupuk tanaman dan bahan untuk memperbaiki sifat tanah akan lebih singkat karena abu sudah terpisah dengan material lain seperti pasir.