REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kendaraan umum yang berdesakan dikhawatirkan penumpang wanita. Tidak adanya jarak rawan tindakan asusila.
Meski telah disediakan gerbong khusus wanita, rupanya jumlah yang hanya dua itu tidak mencukupi. Jumlah penumpang wanita yang banyak mengakibatkan mereka berada di gerbong lain.
Diah (24 tahun) mengakui, letak gerbong khusus wanita yang berada di ujung membuatnya enggan. Dia lebih memilih untuk menaiki gerbong yang terdekat dengannya.
"Yang penting mah naik, kalau ngejar gerbong khusus nanti ketinggalan KRL," ungkap karyawan swasta tersebut, Senin (26/2).
Lain halnya dengan Kiki (28) yang merasa diuntungkan karena aktivitasnya yang berlawanan arah sehingga tidak perlu berdesakkan.
"Takut kalo desekan gitu kan kepegang-pegang," ungkap warga Cilincing itu.
Maming (21), petugas KRL Pasar Minggu mengakui, tidak mencukupinya jumlah pengawas di dalam gerbong mengakibatkan beberapa oknum mencoba mengambil kesempatan. Menurut pantauan Republika, tidak terlihat petugas keamanan di gerbong yang penuh sesak.