REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Abu vulkanis hasil erupsi Gunung Kelud membuat drainase di kawasan Sleman dangkal dengan timbunan lumpur hingga setinggi 10 sentimeter. Akibatnya, genangan air terjadi di sejumlah wilayah setempat saat hujan.
Dari pantauan Republika, genangan air terjadi di sejumlah titik saat hujan diantaranya Seturan, Jalan Solo sekitar Ambarukmo Plaza, dan Jalan Teknika UGM.
Menurut Kasi Drainase Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Kabupaten Sleman, Zaini Anwar, lumpur dari abu Kelud masuk ke drainase terbuka dan memicu pendangkalan. Di drainase terbuka, ketebalan lumpur abu Kelud bisa mencapai 10 sentimeter.
"Untuk drainase tertutup kami masih sulit mengamati pendangkalan yang disebabkan abu Kelud," ungkapnya kepada Republika, Rabu (26/2).
Pendangkalan sebenarnya sudah dicegah dengan membersihkan abu dari jalan raya sebelum hujan. Namun, pembersihan tersebut diakui Zaini belum maksimal. "Lumpur yang sekarang masuk drainase baru mulai dibersihkan di lingkungan Jalan Kabupaten," ungkapnya.
Lumpur dari abu Kelud memperparah kondisi drainase yang sebelumnya sudah tidak cukup menampung air. Kondisi tersebut dapat ditemukan di Jalan Solo di sekitar Ambarukmo Plaza. Padahal, drainase di sekitar Jalan Solo sudah mendapat perbaikan dari Pemerintah Provinsi Yogyakarta.
Pembersihan lumpur abu Kelud dari drainase diperkirakan memakan waktu cukup lama. "Bisa satu tahun lebih kalau dengan anggaran rutin," ujar Zaini.
Pendangkalan karena lumpur Abu Kelud dinilai memperlambat pembersihan drainase rutin.