REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia dalam tiga bulan terakhir menunjukkan tren positif. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Desember 2013 mengalami surplus 1,52 miliar dolar AS.
Angka ini mengalami peningkatan dibanding neraca Oktober dan November 2013 yang tercatat surplus 776,8 juta dolar AS dan 42,4 juta dolar AS. Bagaimana dengan neraca perdagangan Januari 2014? Gubernur Bank Indonesia Agus Dermawan Wintarto Martowardojo mewakili otoritas moneter memiliki proyeksinya.
"Di Januari, ada akibat musiman yang bisa membuat neraca perdagangan tertekan," kata Agus selepas acara ANZ-Antara Economic Outlook 2014 di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu (26/2) malam.
Meskipun begitu, mantan menteri keuangan ini tidak menyebutkan besaran proyeksi neraca perdagangan pada awal tahun kuda kayu ini plus akibat musiman yang dimaksud. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan pada Januari sejak 2010 silam, baru mengalami mengalami defisit pada Januari 2013 yakni sebesar 171 juta dolar AS.
Sementara pada tiga tahun sebelumnya, neraca perdagangan mengalami surplus masing-masing 1 miliar dolar AS (Januari 2012), 1,9 miliar dolar AS (Januari 2011) dan 2,06 miliar dolar AS (Januari 2010). Tren positif neraca perdagangan, kata Agus, diharapkan dapat mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan.
Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia triwulan IV 2013 yang dirilis BI 14 Februari 2013, defisit neraca transaksi berjalan menurun tajam menjadi 4 miliar dolar AS (1,98 PDB) dari sebelumnya 8,5 miliar dolar AS (3,85 persen PDB). Secara kumulatif sepanjang 2013, defisit tercatat 28,5 miliar dolar AS (3,26 persen PDB).BI meyakini, defisit neraca transaksi berjalan akan terus mengecil pada 2014.
"Kita lihat 2014 ada di 2,5 persen PDB. Dan itu, kalau sampai 2,5 persen adalah kondisi yang baik. Intinya, kita harus mengantisipasi bahwa perbaikan itu ada tantangannya. Tapi secara umum akan lebih baik," kata Agus.