Kamis 27 Feb 2014 06:55 WIB

Emas Turun Karena Perjualan Rumah Baru AS Bergairah

Koin emas yang ditemukan pasangan di California, AS
Foto: AP
Koin emas yang ditemukan pasangan di California, AS

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Rabu (26/2) atau Kamis (27/2) pagi WIB, karena penjualan rumah baru di AS bergairah.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April turun 14,7 dolar AS, atau 1,09 persen, menjadi menetap di 1.328 dolar AS per ounce. Ini merupakan penurunan harga emas pertama dalam empat sesi terakhir.

Data yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa penjualan rumah keluarga tunggal baru di AS naik 9,6 persen pada Januari ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 468.000, laju tercepat dalam lebih dari lima tahun dan mengalahkan ekspektasi para ekonom.

Angka ekonomi yang lebih baik dari yang diharapkan mendorong dolar AS dan pasar saham menguat, yang pada gilirannya menekan harga emas. Kerusuhan sipil di Ukraina dan Thailand baru-baru ini memberikan dukungan kepada emas, menempatkan grafik teknikal emas ke atas. Namun, ke depan kenaikan itu tampak tidak berkelanjutan karena SPDR Gold Trust terus melihat eksodus modal.

Pendapat terpecah. Sementara beberapa analis pasar memperkirakan harga emas bergerak turun menjadi 1.050 dolar AS per ounce pada Juli, yang lain berpikir kemungkinan harga emas akan melonjak menjadi 1.500 dolar AS pada akhir tahun, didorong oleh permintaan yang kuat dari India dan China.

Investor juga sedang menunggu kesaksian Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen kepada Komite Perbankan Senat tentang ekonomi dan kebijakan moneter pada Kamis. Perak untuk pengiriman Maret kehilangan 70,9 sen atau 3,23 persen menjadi ditutup pada 21,254 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April merosot 13,5 dolar AS atau 0,94 persen menjadi ditutup pada 1.429,1 dolar AS per ounce.

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement