Kamis 27 Feb 2014 11:59 WIB

Menyingkap Misteri Lauh al-Mahfudz (2)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Perkawinan antara pena dan lembaran (al-lauh) dianggap perkawinan supraindrawi. Jejak tinta yang masuk di dalam lembaran dianalogikan dengan sperma yang dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam rahim perempuan.

Makna-makna yang tersimpan dalam bentuk huruf-huruf langit yang terwujud dalam tulisan itu merupakan ruh-ruh dari anak-anak yang tersimpan di dalam rahim-rahim mereka. Perkawinan antara pena dan lembaran melahirkan Lauh al-Mahfudz. Inilah yang diabadikan di dalam Alquran, “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (QS al-Qamar [18]:1).

Dalam satu riwayat Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip dalam kitab Tafsir ar-Razi: “Yang paling pertama diciptakan Allah ialah pena (al-qalam). Allah berfirman kepadanya: “Tulislah apa yang akan terjadi hingga hari kiamat”.

Ibnu Abbas juga menukilkan bahwa pena itu terbuat dari cahaya yang panjangnya sama dengan jarak antara bumi dan langit. (Tafsir al-Razi, Jilid X, h. 598-599).

Sedangkan lembarannya tercipta dari mutiara putih, permukaannya berwarna zamrud hijau, tulisannya berupa cahaya. Dia memandangnya 360 pandangan. Dia memberi kehidupan dan mencabut nyawa, menciptakan dan memberi makan, meninggikan dan merendahkan, dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya. (Bihar al-Anwar, jilid 54, hlm 361-362).

Dalam kitab Bihar al-Anwar karya Muhammad Baqir al-Majlisi, arti huruf nun bermacam-macam. Ada yang menafsirkannya sebagai bak tinta (dawat), tinta (midad), dan ikan (hut), yakni ikan yang pernah menolong Nabi Yunus ketika dilempar ke laut.

Sebagian lagi menafsirkan sungai di surga. Yang lainnya menafsirkan nun adalah malaikat yang menyampaikan kepada pena, yang juga malaikat.

Pena yang menyampaikan kepada lembaran (al-lauh) tidak lain juga adalah malaikat. Lembaran itu kemudian berkomunikasi dengan malaikat-malaikat utama seperti Izrafil, Izrail, Mikail, Jibril, dan malaikat terakhir ini menyampaikan kepada para Nabi. (Bihar al-Anwar, jilid 54, h. 368-369).

Lauh Mahfudz ini kemudian dikenal juga dengan nama jiwa universal adalah makhluk bersifat rohani yang lahir dari akal pertama (al-’Aql al-Awwal)

Ibnu Arabi mengatakan, “Akal pertama (al-’aql al-awwal), yaitu benda pertama yang diciptakan ialah pena tertinggi (al- Qalam al-A’la). Tidak ada cip taan sementara yang me nyertainya. Ia merupakan lokus yang menerima pengaruh ka rena apa yang disebabkan Tu han untuk terjadi di dalamnya, yaitu munculnya lembaran yang terpelihara (al-lauh al-Mahfudz) darinya.”

“Dengan cara yang sama, Hawa muncul dari Adam dalam dunia benda-benda jasmani (al- ’alam al-ajram). “Lembaran ini menjadi suatu objek dan lokus un tuk apa yang dituliskan oleh pena Ilahi tertinggi di dalamnya. … Lauh Mahfudz adalah benda eksisten pertama yang muncul dari suatu benda ciptaan.” (Futuhat, Jilid 1, 139).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement