Oleh Ani Nursalikah
Pada abad ke-17, hammam kembali populer saat orang Eropa jatuh cinta dengan pemandian umum buatan Turki. Pemandian Turki pertama (bagnio) dibuka pada 1679 di Newgate Street, London dan dibangun oleh pedagang Turki.
Saat seseorang mandi di pemandian Turki, pertama-tama ia akan beristirahat di ruangan hangat. Ruangan ini dipanaskan dengan aliran udara panas dan kering secara berkesinambungan sehingga orang bisa berkeringat.
Dari situ, seseorang kemudian pindah ke ruangan yang lebih panas lalu membasuh diri dengan air dingin. Setelah seluruh tubuh dibersihkan dan dipijat, ia kemudian masuk ke ruangan yang lebih dingin untuk beristirahat.
Hammam bisa dibilang sebagai cikal bakal dari klub kesehatan dan fitness yang sekarang bermunculan di dunia modern. Berendam di pemandian umum membuat berkeringat sehingga membantu mengeluarkan lemak.
Aliran air hangat meningkatkan sirkulasi darah dan metabolisme. Sembari relaksasi dan beristirahat, mereka yang menikmati pemandian umum juga bisa berinteraksi dengan suasana yang akrab.
Tempat mencari jodoh
Hammam juga memiliki fungsi penting sebagai tempat mencari jodoh. Di komunitas yang lebih konservatif, seperti di Afrika Utara, seorang ibu yang ingin mencari pasangan bagi anak laki-lakinya akan datang ke hammam.
Menjadi kebiasaan di banyak tempat di dunia Muslim untuk membawa calon pengantin perempuan ke hammam. Di sana calon pengantin akan disiapkan dan didandani. Kaki, tangan dan rambutnya akan dihiasi dengan henna. Calon pengantin perempuan juga akan dibawa ke hammam malam sebelum ia bertemu pengantin laki-laki.
Ada banyak aturan yang berlaku saat berada di pemandian umum. Misalnya, laki-laki harus selalu mengenakan kain yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Perempuan dilarang memasuki pemandian umum jika ada pria di dalamnya.
Abu Ishaq Ibrahim ibnu Ishaq al-Harbi dari abad ke-9 menulis buku mengenai pemandian umum berjudul Al-Hammam and its Manners. Kemewahan tempat pemandian umum ada di Baghdad pada abad ke-14.
"Saya tidak pernah melihat kemewahan semacam ini di kota lain selain di Baghdad. Bangunannya terdiri dari marmer hitam. Di dalam setiap ruangan terdapat bak dengan dua pipa. Satu pipa dialiri air panas dan pipa lainnya dialiri air dingin," ujar Ibnu Batutah mengenai hammam di Baghdad.
Ratusan tahun kemudian, pemandian umum Muslim ditemukan kembali oleh pasukan salib di Yerusalem dan Suriah. Gereja melarang pemakaian hammam karena merupakan bagian dari kebudayaan Muslim.
Sayangnya, aturan yang ditetapkan di pemandian umum dilanggar oleh orang Eropa. Pemandian umum yang sedianya sebagai tempat bersosialisasi justru menjadi ajang perilaku seksual tidak bermoral dan pelecehan seksual.