Kamis 27 Feb 2014 16:35 WIB

Hammam, Sarana Relaksasi dan Interaksi Muslim (2-habis)

Salah satu hammam di Istanbul, Turki.
Foto: Travelblog.viator.com
Salah satu hammam di Istanbul, Turki.

Oleh Ani Nursalikah

Pada abad ke-17, hammam kembali populer saat orang  Eropa jatuh cinta dengan pemandian umum buatan Turki.  Pemandian Turki pertama (bagnio) dibuka pada 1679 di  Newgate Street, London dan dibangun oleh pedagang Turki.

Saat seseorang mandi di pemandian Turki, pertama-tama ia  akan beristirahat di ruangan hangat. Ruangan ini dipanaskan  dengan aliran udara panas dan kering secara  berkesinambungan sehingga orang bisa berkeringat.

Dari situ, seseorang kemudian pindah ke ruangan yang lebih  panas lalu membasuh diri dengan air dingin. Setelah seluruh  tubuh dibersihkan dan dipijat, ia kemudian masuk ke  ruangan yang lebih dingin untuk beristirahat.

Hammam bisa dibilang sebagai cikal bakal dari klub  kesehatan dan fitness yang sekarang bermunculan di dunia  modern. Berendam di pemandian umum membuat  berkeringat sehingga membantu mengeluarkan lemak. 

Aliran air hangat meningkatkan sirkulasi darah dan  metabolisme. Sembari relaksasi dan beristirahat, mereka  yang menikmati pemandian umum juga bisa berinteraksi  dengan suasana yang akrab.

Tempat mencari jodoh

Hammam juga memiliki  fungsi penting sebagai tempat mencari jodoh. Di komunitas  yang lebih konservatif, seperti di Afrika Utara, seorang ibu  yang ingin mencari pasangan bagi anak laki-lakinya akan  datang ke hammam.

Menjadi kebiasaan di banyak tempat di dunia Muslim untuk  membawa calon pengantin perempuan ke hammam. Di  sana calon pengantin akan disiapkan dan didandani. Kaki,  tangan dan rambutnya akan dihiasi dengan henna. Calon  pengantin perempuan juga akan dibawa ke hammam  malam sebelum ia bertemu pengantin laki-laki.

Ada banyak aturan yang berlaku saat berada di pemandian umum. Misalnya, laki-laki harus selalu mengenakan kain  yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Perempuan  dilarang memasuki pemandian umum jika ada pria di  dalamnya.

Abu Ishaq Ibrahim ibnu Ishaq al-Harbi dari abad ke-9 menulis buku mengenai pemandian umum berjudul Al-Hammam and its Manners. Kemewahan tempat  pemandian umum ada di Baghdad pada abad ke-14.

"Saya tidak pernah melihat kemewahan semacam ini di kota  lain selain di Baghdad. Bangunannya terdiri dari marmer  hitam. Di dalam setiap ruangan terdapat bak dengan dua  pipa. Satu pipa dialiri air panas dan pipa lainnya dialiri air  dingin," ujar Ibnu Batutah mengenai hammam di  Baghdad.

Ratusan tahun kemudian, pemandian umum Muslim  ditemukan kembali oleh pasukan salib di  Yerusalem dan  Suriah. Gereja melarang pemakaian hammam karena  merupakan bagian dari kebudayaan Muslim.

Sayangnya, aturan yang ditetapkan di pemandian umum  dilanggar oleh orang Eropa. Pemandian umum yang  sedianya sebagai tempat bersosialisasi justru menjadi ajang  perilaku seksual tidak bermoral dan pelecehan seksual.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement