Kamis 27 Feb 2014 19:22 WIB

7F Penyerang Akidah Islam

erick yusuf
Foto: Agung Supriyanto/Republika
erick yusuf

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dalam sebuah diskusi dengan para sahabat kami sempat membahas tentang topik konspirasi global, dimana saat ini “budaya Islami” semakin lemah, seakan-akan tidak berdaya melawan arus budaya yang berseberangan dengan akidah.

Namun perlu ditegaskan dahulu bahwa “budaya islami” bukan budaya Arab, tetapi sebuah budaya yang berlandaskan perilaku islami, yang mengedepankan perilaku damai, cerdas, jujur, progresif, mencerahkan, memberdayakan dari kegelapan menuju cahaya hidayah, sukses dunia akhirat dan bersifat universal.

Dalam diskusi non formal tersebut dinyatakan akidah Islam diserang dari berbagai arah, salah satu sahabat menggunakan istilah 7F yaitu dari mulai fashion, food, film, free thingking, fun, free sex, dan friction. Sebenarnya menurut saya agak memaksa di ‘F’ kan, tapi sebagai topik diskusi cukup menarik. Saya coba sharing point F tersebut kurang lebih seperti ini ;

1. Fashion; konsepnya bukan fashion yang tidak menutup aurat saja, bahkan cara berpakaian yang sengaja mengumbar nafsu yang dijadikan trend masa kini.

2. Food; bagaimana konsep halal dan thoyyib mulai diganggu, dari mulai daging oplosan, baso dicampur dengan daging babi, campuran bahan kimia berbahaya, juga yang mengandung narkoba.

3. Film; sebagai panglimanya film-film telah menyebarkan pola pikir frame of thingking yang jauh dari akidah dan syari’at islam. Ini menimbulkan penyakit 'wahn' yaitu cinta dunia dan takut mati.

4. Free thingking; menjauhkan seluruh bentuk pola pikir ketuhanan, mendewakan logika, memerangi pemikiran berbasis agama (diin) dalam kehidupan sehari-hari.

5. Fun, berbagai kesenangan yang melalaikan, termasuk sarana dan prasarananya.

6. Free sex; exploitasi dan industry sex, mewajarkan sex di kalangan remaja seperti budaya “kumpul kebo”, melegalkan sex dengan pembagian kondom gratis di kalangan remaja dan sebagainya.

7. Friction; melakukan tindakan yang menyulutkan perpecahan di kalangan ummat islam. Seperti menyebarkan pemahaman yang salah, mendukung aliran sesat dan sebagainya.

Dengan munculnya masalah-masalah tersebut maka kami mencoba mencari solusi dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan dakwah. Yang  menarik adalah munculnya bahasan Al Wala’ wal Bara’. Apakah Al wala’ wal Bara’ itu?.

Aqidah Al Wala’ wal Bara’ adalah penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhoi Allah, serta apa yg dibenci dan dimurkai Allah.

Wala' adalah kata mashdar dari fi'il "waliya" yang artinya dekat. Yang dimaksud dengan wala' di sini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka.

Sedangkan Bara' adalah mashdar dari “bara'ah” yang berarti memutus atau memotong. Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.

Para ulama menggunakan dua kata ini, Al Wala’ wal Bara’, dalam masalah akidah atau keyakinan. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah.

Semua dalil, baik dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, memaknai kata Al Wala’ dengan kecintaan dan pertolongan atau sikap loyal/setia. Sebagaimana ayat; “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al Maidah : 55-56)

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang kalau kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Adapun Al Bara’ adalah kebalikan dari keduanya. Dengan demikian, Al Wala’ secara istilah adalah kecintaan dan sikap loyal kepada Allah SWT, Rasul-Nya, Dinul Islam, dan para pemeluknya dari kalangan kaum muslimin. Al Bara’ adalah membenci segala sesuatu yang ditaati selain Allah SWT, membenci musuh-musuh Allah, yaitu kekafiran berikut seluruh ajarannya, dan membenci para pemeluknya serta menampakkan permusuhan kepada semua musuh-musuh Allah tersebut.

“Sesungguhnya cabang keimanan yang paling pokok adalah kamu mencintai sesuatu karena Allah SWT dan membenci juga karena Allah SWT.” (HR. Ahmad)

Inilah makna Al Wala’ wal Bara’ dalam Islam. Ia merupakan akidah atau keyakinan dalam hati, yang harus tampak wujudnya melalui perbuatan yang dilakukan.

Apabila semakin menguat wujud akidah ini dalam hati, semakin bertambah pula bukti yang menunjukkan hal tersebut pada perbuatan seorang hamba. Sebaliknya, jika akidah ini melemah, akan berkurang pula bukti keberadaannya pada perbuatan seorang hamba.

Selanjutnya, jika akidah ini hilang sama sekali dari hati, hilanglah keimanan secara keseluruhan. Tidak akan tampak wujud keimanan pada perilaku.

Dengan demikian, kecintaan, pertolongan, dan sikap loyal yang merupakan makna Al Wala’, serta kebencian dan pemusuhan yang merupakan makna dari Al Bara’, sangat berkaitan dengan hati. “Sudah, sudah..”, sanggah salah satu dari kami.

Dalam diskusi yang semakin larut dan sudah masuk ke dalam sepertiga malam itu, “Mari kita akhiri dengan tahajud berjama’ah..”. maka kami semua mengantri mengambil wudhu dan dalam do’a setelah tahajud kami panjatkan agar Allah selalu membimbing kita semua, agar kita dapat melaksanakan secara istiqamah ketaqwa’an kepada Allah SWT, dengan melakukan keseharian kita berlandaskan motto “Mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci”. Aamiin Ya Rabb.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement