REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana
Penghargaan terhadap tokoh perbukuan Islam memacu dakwah melalui tulisan. Dalam Islamic Book Fair (IBF) ke-13 yang akan digelar di Istora Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 28 Februari hingga 9 Maret 2014 pemberian penghargaan ini berlanjut.
“Salah satu acara yang sangat bergengsi adalah penganugerahan Islamic Book Award (IBA) kepada insan perbukuan Indonesia,” kata Ketua Panitia IBF 2014 Abdullah Fanani, Jumat (21/2). Semula penghargaan ini bernama IBF Award.
Menurut Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro, IBF Award diberikan sejak IBF ke-4 pada 2005. Pengubahan nama ini bertujuan agar mutu pemberian penghargaan lebih baik dan cakupannya lebih luas.
Gola Gong, penerima IBF Award 2007, mengatakan, penghargaan tersebut mendorongnya terus berjuang dengan berdakwah melalui tulisan. Penulis produktif ini sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat.
CEO Mizan Group yang juga memperoleh IBF Award tahun 2008, Haidar Bagir, menilai anugerah tersebut sangat penting bagi insan perbukuan. Sebab, mendorong kreativitas dan kerja keras pekerja buku Islam. Pandangan yang sama disampaikan pendiri Forum Lingkar Pena Helvi Tiana Rosa.
Namun, ia berharap akan lebih banyak perempuan yang mendapatkan IBA. Dari sembilan orang peraih penghargaan, baru ada dua orang perempuan. Kedua perempuan itu, yakni Helvi Tiana Rosa pada 2006 dan Asma Nadia pada 2012.
“Saya ingin lebih banyak perempuan terpilih sebagai tokoh perbukuan Islam,” kata Helvi. Melihat sosok para penerima penghargaan, ia optimistis pada masa mendatang perkembangan buku keislaman semakin baik. Demikian pula, dengan kualitasnya.
Chairman Tazkia Group yang juga penulis produktif, Muhammad Syafi’i Antonio, mengatakan pemberian penghargaan yang terkait dengan tulisan dan buku, sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasulullah. Menurutnya, Rasul merupakan insan pertama yang melakukannya.
Ia mengungkapkan, Rasulullah SAW memberikan penghargaan kepada tahanan Perang Badar yang bisa mengajarkan baca tulis kepada umat Islam kala itu. Hadiah yang mereka dapatkan sangat besar, yaitu pembebasan dari tahanan.
“Semoga IBA pun mampu membebaskan bangsa Indonesia dari buta huruf, ilmu, dan sains Islam,” ujar penerima IBF Award 2013 itu. Syafi’i mengatakan, para penerima penghargaan tahun ini mestinya mampu menginspirasi para penulis untuk terus produktif.
Orang tersebut juga harus menjadi orang pertama yang mengamalkan ilmunya. Kalau bisa, ilmu itu berfungsi ganda, yakni mencerahkan dan memberdayakan. “Intinya ketika membaca bukunya, banyak orang mendapatkan ilmu, iman, dan uang sekaligus,” katanya.