REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, perundingan nuklir berjalan baik. Hal tersebut ia sampaikan menjelang pertemuan penting untuk membahas kesepakatan nuklir secara komprehensif.
Pekan lalu, Iran dan kelompok kekuatan dunia (P5+1) sepakat mengenai jadwal dan kerangka kerja perundingan. Ini terkait kesepakatan yang akan meredakan kekhawatiran Barat tentang program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi yang melumpuhkan.
Berdasarkan kesepakatan sementara, Iran setuju untuk mengekang bagian dari program nuklirnya selama enam bulan. Sebagai gantinya, Iran mendapatkan bantuan sanksi terbatas. Perjanjian itu mulai berlaku pada 20 Januari.
"Perundingan-perundingan (nuklir) berjalan dengan baik... Saya berharap masa tenggat waktu yang pertama (20 Juli) kita akan mencapai kesepakatan itu," kata di New Delhi.
Zarif dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat tinggi India untuk membuka babak baru hubungan kerja sama dengan New Delhi selama kunjungan dua harinya yang dimulai Kamis. Para perunding berharap untuk mencapai kesepakatan akhir pada 20 Juli.
Seorang perunding penting Iran mengatakan kepada kantor berita IRNA, Iran dan negara kekuatan dunia akan mengadakan pembicaraan teknis di sela-sela pertemuan para gubernur Dewan Tenaga Atom International (IAEA) pekan depan.
Dia tidak menentukan tanggal, tetapi badan gubernur mengatur untuk bertemu di Wina dari 3-7 Maret depan.
Direktur politik dari kelompok kekuatan dunia P5+1 yang terdiri Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia ditambah Jerman, ditetapkan untuk melanjutkan pembicaraan dengan para perunding nuklir Iran pada 17 Maret di Wina.
Negara Barat dan Israel telah lama menduga Iran mengejar kemampuan senjata senjata nuklir dalam program nuklir sipilnya. Tetapi tuduhan itu dibantah oleh Teheran.
"Dari sudut pandang kami adalah penting bagi dunia untuk menerima bahwa program nuklir Iran secara eksklusif damai," kata Zarif di New Delhi.
"Kami tidak memiliki kepentingan dalam kepemilikan senjata nuklir," tegasnya.
Israel adalah satu-satunya negara di kawasan tersebut yang memiliki senjata nuklir. Tetapi tidak pernah diakui atau diumumkan.