REPUBLIKA.CO.ID, KIEV-- Sekitar 50 orang bersenjata tak dikenal Jumat merebut bandara ibu kota Krimea Simferopol, sehari setelah orang-orang bersenjata pro-Rusia mengambil alih gedung-gedung pemerintah di kota itu, kata kantor berita Interfax-Ukraina mengutip para saksi.
Para pria bersenjata itu membawa bendera angkatan laut Rusia mengambil alih bandara semalam setelah tiba dengan beberapa truk, kata laporan itu. Satu sumber saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa orang-orang bersenjata itu tampaknya berada dalam mengendalikan bandara pada Jumat pagi.
Para perwakilan pemerintahan baru sementara Ukraina sempat dikabarkan telah jatuh tempo untuk terbang ke semenanjung berbahasa Rusia itu Jumat. Pada Kamis Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Krimea, yang tetap berada di bawah kontrol orang-orang bersenjata pro-Moskow, memilih untuk mengadakan referendum pada 25 Mei untuk memperluas daerah otonomi dari Kiev dan mengganti pemerintah daerah dengan pejabat pro-Rusia.
Serbuan itu menyusul penggulingan Presiden Ukraina sekutu Kremlin Viktor Yanukovych akhir pekan lalu dalam perubahan cepat setelah kematian puluhan orang dalam bentrokan di Kiev. Ukraina pada Kamis mengatakan pihaknya akan menganggap pergerakan apapun yang dilakukan oleh militer Rusia di Krimea - di luar pangkalan Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol - sebagai tindakan agresi.
Presiden sementara Ukraina, Oleksander Turchinov, mengeluarkan peringatan tersebut di depan parlemen nasional setelah pria-pria bersenjata menduduki gedung-gedung pemerintah dan parlemen daerah di Krimea.
Di Krimea, beberapa warga etnis Rusia menginginkan wilayah itu bergabung dengan Federasi Rusia.
Turchinov, yang juga merupakan panglima angkatan bersenjata Ukraina, meminta Moskow untuk mematuhi aturan-aturan perjanjian yang mengizinkan Rusia menempatkan armada Laut Hitamnya di Sevastopol hingga tahun 2042.
"Saya mengimbau kepada pemimpin militer armada Laut Hitam Rusia... Pergerakan apapun yang dilancarkan oleh militer, apalagi jika menggunakan senjata, di luar garis batas wilayah ini (pangkalan) akan dianggap oleh kami sebagai suatu agresi militer," katanya.
Identitas orang-orang yang menduduki gedung-gedung di ibu kota kabupaten Simferopol belum diketahui dan mereka juga tidak mengajukan tuntutan. Namun, para saksi mata mengatakan orang-orang tersebut mengibarkan bendera Rusia - tindakan yang tampaknya untuk menunjukkan diri mereka sebagai separatis Rusia.
Masalah separatisme kian menambah kewaspadaan di kalangan pemimpin-pemimpin baru Ukraina menyangkut kecenderungan gerakan separatisme di semenanjung itu. "Para penjahat dalam bentuk gerakan militer dengan senjata-senjata otomatis telah menduduki gedung-gedung itu," kata Turchinov kepada parlemen.