Jumat 28 Feb 2014 23:48 WIB

Din: Muhammadiyah Harus Tampil dengan Pikiran Besar

Rep: Maspril Aries/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin namanya disebut-sebut sebagai salah satu capres yang diusung PPP.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin namanya disebut-sebut sebagai salah satu capres yang diusung PPP.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengharapkan Musyawarah Nasional (Munas) ke-28 Majelis Tarjih Muhammadiyah di Palembang 28 Februari–2 Maret 2014 bisa melahirkan pikiran besar.

Dalam pidato iftitahnya, Din mengingatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan sebagai dakwah, gerakan pembaruan sejatinya juga gerakan ilmu pengetahuan. 

“Muhammadiyah harus tampil dengan pikiran-pikiran besar, narasi-narasi besar untuk bangsa dan kemanusian,” jelas Din.

Menurut Din, Munas Tarjih sangat penting dan strategis. “Majelis Tarjih merupakan napas Muhammadiyah dan citra diri yang memantulkan kepribadian dari sebuah organisasi Muhammadiyah. Baik buruknya majelis tarjih akan ikut menentukan baik buruknya perserikatan Muhammadiyah,” ujarnya.

Menurut Din putusan Munas Tarjih ditunggu warga perserikatan di seantero dunia juga ditunggu umat Islam dan bangsa Indonesia dengan harapan Muhammadiyah sejak kelahirannya adalah problem solver atau penyelesaian masalah-masalah bangsa.

“Saya sangat berharap Munas Tarjih ini melahirkan sumbangan pemikiran Muhammadiyah kepada dunia luar, kepada bangsa Indonesia dan bila perlu kepada umat manusia. Pikiran dari ulama Muhammadiyah ini tentu tidak keluar dari ajaran Islam, dari dua sumber utama Alquran dan hadis,” katanya.

Din juga berpesan agar ulama Muhammadiyah tidak boleh menjadi katak dalam tempurung, tidak lihat dunia luar, tidak lihat dinamika.

Menurutnya ulama seperti ini akan ketinggalan informasi ilmu. “Saya yakin kesimpulan pemikiran keagamaannya akan konservatif dan statis. Dunia ini berkembang.”

Pada bagian lain pidatonya, Din mengingatkan Muhammadiyah harus tetap mempertahankan posisinya pada arus utama pemikiran Islam Indonesia bahkan bila perlu dunia karena kita harus mempertangungjawabkan kebesaran umat Islam di Indonesia selama ini.

Menurut dia, putusan-putusan Munas Tarjih tidak semata berdimensi fiqiyah seperti fatwa-fatwa fiqih tapi juga dalam perspektif yang lebih luas.

“Apa lagi ketika fiqih air, fiqih keluarga, fiqih tata kelola dan fiqih seni budaya kemudian didasarkan kepada yang diharapkan majelis tarjih sebagai pandangan dunia Islam Muhammadiyah.”

Dengan mengedepankan fiqih tidak sekedar fiqih yang sempit, tetapi fiqih dalam pengertian umum maka di situ terdapat dimensi teologis, dimensi filosofis, dimensi yuridis, fiqih itu sendiri bahkan dimensi yang lebih luas dari pemikiran Islam.

''Saya sangat senang karena pada Munas Tarjih kali ini melahirkan gagasan fiqih berkemajuan. Kita akan tunggu apa itu fiqih kemajuan?”  ujarnya.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar menjelaskan, Musyawarah Nasional ke-28 Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan membahas tuntas lima hal.

Kelima hal tersebut; fikih air, tuntunan menuju keluarga sakinah, tuntunan manasik haji, tuntunan ibadah Ramadhan dan hari raya, serta tuntunan ibadah qurban.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement