REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati menegaskan isu pengunduran diri wali kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Tri Rismaharini sengaja dihembuskan karena ada yang berupaya mendegradasi PDI Perjuangan.
Sebagai partai pengusung pasangan Risma pada pemilihan umum (pemilu) kepala daerah Kota Surabaya pada tahun 2010 lalu, Megawati mengaku telah bertemu dengan Risma pada Ahad (23/2) lalu.
Pertemuan itu untuk membahas masalah kepemimpinan Risma. Dalam pertemuan itu, Megawati berkata pada Risma bahwa goyangan dan goncangan yang dialami pemimpin itu biasa.
''Apalagi kalau kepemimpinannya diterima masyarakat, maka pemimpin itu harus tetap maju. Karena kalau mundur yang jadi korban adalah masyarakat Kota Surabaya,'' ujarnya saat konfrensi pers dengan didampingi Risma di Surabaya, Sabtu (1/3).
Ia juga menyebutkan penetapan Whisnu Sakti Buana sebagai wakil wali kota Surabaya selain telah melalui tahapan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang juga telah ditetapkan oleh PDI Perjuangan.
Dari perbincangan itu, kata Megawati, semua persoalan isu pengunduran diri Risma telah selesai. Kepada Whisnu yang juga seorang kader PDI Perjuangan, Megawati memerintahkan supaya Whisnu fokus mendampingi Risma untuk menjalani pemerintahan.
Namun jika isu mundurnya Risma kembali merebak, Megawati menyebut itu karena ulah media yang sengaja 'menggoreng' supaya suasananya memanas.
Ia menambahkan, isu pengunduran diri Risma akibat mekanisme pemilihan Whisnu yang tidak sesuai prosedur sengaja dimunculkan karena terkait kepentingan politik. ''Ya, itu namanya politik, ada yang berupaya mendegradasi PDI Perjuangan,'' katanya.
Meski demikian, ia memerintah jajaran kader partainya supaya tetap solid, baik, dan fokus supaya dapat memenangkan pemilihan umum (pemilu) legislatif yang digelar pada 9 April 2014 mendatang.
''Jangan terpancing dengan isu yang memecah belah PDI Perjuangan. Biar rakyat yang menilai,'' ujarnya. Pada konfrensi pers itu, Megawati ditemani Risma, Whisnu, dan kader PDI Perjuangan yang juga Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.