Ahad 02 Mar 2014 19:15 WIB

JK Ketum Golkar, Tak Ada Pengurus yang Ditangkap

Jusuf Kalla
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan jika saat dirinya menjabat Ketua Umum Partai Golkar tidak ada satupun pengurus yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Waktu saya jadi ketua umum Golkar itu tidak ada pengurusku yang ditangkap, nanti setelah saya dan sebelum saya menjabat ketua umum barulah ada yang ditangkap," jelasnya dihadapan ratusan kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) saat silaturahim di Menara Bosowa Makassar, Minggu.

Ia mengatakan, banyaknya politisi yang ditangkap oleh aparat penegak hukum khususnya KPK itu karena tidak disiplinnya pengurusnya dan tidak adanya ketegasan dari pimpinannya.

Karena menurutnya, orang-orang yang dipimpin itu bisa didisiplinkan tanpa ada riak-riak dari bawah dan semuanya ditentukan oleh seorang pemimpin yang mampu mengatur bawahan.

"pengurus atau yang dipimpin itu biar bagaimana nakalnya bisa di disiplinkan, asalkan pemimpinnya bisa tegas. Pemimpin tidak harus ditakuti, tetapi disegani," katanya.

Jusuf Kalla yang juga Ketua Palang Merah Indonesia itu mengaku jika metode kepemimpinan yang dijalankannya itu mampu menertibkan pengurusnya karena semua kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam partai itu ditiadakan.

Salah satu kebiasaan yang dihilangkan JK saat menjabat ketua umum partai Golkar itu yakni dengan mengeluarkan aturan untuk tidak memberikan setoran dalam bentuk apapun kepada pimpinan.

Karena dengan adanya kebiasaan menyetor kepada pimpinan, kata JK, semakin mendekatkan pengurus kepada hal-hal yang sifatnya berbau nepotisme.

"Pengurus saya tertib kala saya menjabat karena di waktu itu saya sudah membuat aturan untuk menghilangkan kebiasaan menyetor ke pimpinan dan mengancam akan memecatnya jika ada yang mencoba menggunakan politik uang," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement