REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Puluhan badak Afrika Selatan yang terancam punah akan dipindahkan ke Australia sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan populasi mereka dari perburuan merajalela di benua tersebut. Australia telah menyiapkan sejenis asuransi untuk populasi spesies beharga ini.
Pendiri Australia Rhino Project, Ray Dearlove dan Allan Davies dalam diskusi dengan Kebun Binatang Taronga menyatakan mendukung rencana ini. Mereka juga semakin putus asa untuk menyelamatkan satwa liar ini dari kepunahan.
Dilansir dari The Guardian, Senin (3/3), sebanyak 1.004 ekor Badak Afrika tewas di Afrika Selatan sepanjang tahun lalu. Jumlah ini meningkat dari 668 ekor badak yang mati pada 2012. Sebagian besar perburuan badak ini terjadi di Taman Nasional Kruger.
Saat ini, cula badak bernilai lebih dari 20 ribu dolar AS per kilogram (kg). Cula badak begitu beharga di Asia Tenggara dimana beberapa orang yang keliru paham percaya bahwa cula badak bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Badak hitam Afrika yang merupakan salah satu sub-spesies Badak Hitam yang sudah dinyatakan punah tahun lalu.
Masalah perburuan yang berkembang memunculkan ide relokasi badak ke Australia. Konservasional Afrika Selatan menganggap Australia sebagai habitat ideal kedua bagi spesies ini. Juru Bicara Kebun Binatang Afrika menyatakan pembicaraan mereka dengan Dearlove dan Davies terus berkembang.
"Sebuah nota kesepahaman telah ditandatangani antara Kebun Binatang Afrika dengan Australia Rhino Project dimana juga melibatkan masyarakay dan pemerintah. Ini berpotensi meningkatkan pemuliaan badak melalui asuransi internasional dan konservasi badak di seluruh dunia," kata juru bicara tersebut.
Human Society International (HSI) mengatakan pemerintah di berbagai negara harus berbuat lebih banyak untuk membantu upaya konservasi badak, khususnya menindak eksportir dan importir cula badak. HSI juga memperkirakan bahwa pada 2016-2018, angka kematian badak di dunia akan lebih besar dibandingkan angka kelahirannya sehingga spesies ini akan punah.