REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Barack Obama menekan Israel untuk menghentikan melakukan pembunuhan ilmuwan nuklir di Republik Islam Iran sebagai upaya negosiasi atas program pengayaan uranium Iran.
Terlepas dari tekanan Washington dimana Israel menghentikan program pembunuhan ilmuwan Iran, sumber yang dekat dengan badan intelijen Israel Mossad Dan Raviv mengatakan kepada CBS News, bahwa Mossad sendiri melihat program pembunuhan ilmuwan Iran ini terlalu berbahaya untuk dilanjutkan.
Dilansir dari Russia today, Ahad (2/3), Raviv, mengatakan tekanan membentuk pemerintahan Obama adalah lebih dari sebuah arahan. Mossad sendiri tampaknya mengalami perubahan arah tentang program. Israel khawatir mata-mata terbaik mereka bisa ditangkap dan digantung atas aksi pembunuhan imuwan Iran ini bila terbukti.
Karenanya Mossad sekarang sedang merancang sebuah program mata-mata baru. Menurut sumber-sumber keamanan Israel, Netanyahu memerintahkan badan intelijen untuk memfokuskan upaya pada membuktikan senjata nuklir Iran.
Sebelumnya berbagai kasus pembunuhan terus terjadi terhadap para Ilmuwan nuklir Iran. Setidaknya lima ilmuwan nuklir Iran telah tewas sejak tahun 2007. Setelah itu Kepala program rudal balistik negara Mullah juga telah tewas. Terbaru, pada bulan Oktober 2013 Mojtaba Ahmadi, yang menjabat sebagai komandan Perang Cyber Headquarters, ditemukan ditembak mati.
Tidak ada mata-mata negara Israel pernah ditangkap atas program target pembunuhan itu, kabarnya Israel menarget mereka menggagalkan kemajuan dalam program nuklir Iran. Pembunuhan Ahmadi secara luas dipandang sebagai upaya untuk menggagalkan perundingan nuklir antara Tehran dan P5 +1, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman.
Sedangkan Israel tidak pernah secara publik mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Pada tahun 2012, laporan NBC News menyimpulkan bahwa serangan mematikan terhadap ilmuwan nuklir Iran sedang dirancang oleh kelompok pembangkang pemerintah Iran dan dibiayai serta dilatih bahkan dipersenjatai oleh dinas rahasia Israel.