REPUBLIKA.CO.ID, KUNMING-- Kepolisian telah menangkap tiga tersangka dibalik aksi pembantaian sporadis, di stasiun kereta api Kunming Sabtu (1/3) lalu. Satu orang yang dianggap pemimpin serangan, telah diketahui identitasnya.Kementerian Keamanan mengatakan, pemimpin penyerangan adalah seorang pria bernama Abdurehim Kurban.
Sementara dua tersangka lain yang ditangkap berjenis kelamin perempuan. Mereka bagian dari kelompok penyerang berjumlah delapan orang. Kantor berita Xinhua mengutip pernyataan Departemen Keamanan Publik mengatakan, kelompok tersebut bertanggung jawab atas serangan di Kunming.
Empat tersangka tewas di tempat kejadian, sementara satu tersangka wanita ditangkap. Pihak berwenang Cina telah menggambarkan pembantaian sebagai serangan yang dilakukan teroris. Mereka menuduh separatis Xinjiang berada dibalik serangan.
Selama ini Xinjiang merupakan rumah bagi pemberontak Muslim Uighur. Sebelumnya serangan yang melibatkan Muslim Uighur terjadi pada Oktober lalu di Beijing. Kala itu tiga penyerang dan dua wisatawan tewas dalam serangan di Gerbang Tiananmen.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan, pihak berwenang menemukan bendera dari pasukan separatis Turkestani Timur tergeletak di tanah. Dilansir dari South China Morning Post, kehadiran polisi dalam jumlah besar terlihat berjaga di wilayah komunitas Uighur di Kunming.
Menurut warga Dashuying, masyarakat di timur Kunming, polisi dan tim swat ditempatkan di daerah tersebut sejak Sabtu malam.Kawasan itu dikabarkan menjadi lokasi sekunder serangan teroris. Meski kabar tersebut dibantah keras pihak kepolisian.
Suasana tegang namun tenang menyelimuti wilayah miskin Dashuying. Daerah tersebut selama ini merupakan tempat bagi populasi Uighur, dan terletak delapan kilometer dari stasiun kereta api. Polisi bersenjata berat menjaga pintu masuk Dashuying.
Mereka memeriksa setiap orang yang datang dan pergi ke wilayah tersebut. Sepuluh polisi dengan membawa senapan juga memasuki sebuah restoran Uighur. Mereka melakukan pemeriksaan identitas di sana. "Kami tidak berharap serangan ini terjadi, tapi apa yang bisa kita lakukan sekarang?" kata seorang manajer restoran Uighur.
"Di masa lalu, para pejabat pemerintahan lokal dan wisatawan datang ke sini, tapi sekarang tidak lagi". Mengutip kantor berita AFP, para pengamat mengatakan setiap tindakan keras pemerintah dan kemarahan publik pada komunitas Uighur dapat menyebabkan peningkatan penindasan kelompok minoritas.
Ini berpotensi mengunci Cina dalam lingkaran setan meningkatnya kekerasan.Juru bicara Kongres Uighur Dunia Dilshat Raxit menyatakan kekhawatirannya akan serangan di Kunming. Menurutnya, ini bisa dijadikan alasan politik baru untuk menekan Uighur.
Wilayah Xinjiang secara berkala memang kerap dilanda bentrokan, antara pasukan keamanan dan minoritas Uighur. Cina selama ini menyalahkan kelompok separatis berupaya memerdekakan wilayah Xinjiang. Sementara itu, di Washington, Departemen Luar Negeri mengatakan tak memiliki informasi independen terkait identitas atau motivasi penyerangan.
Juru bicara Jen Psaki mengatakan, dari informasi media Cina tampaknya kekerasan di Kunming menargetkan korban secara acak. Namun Amerika Serikat menyesalkan kekerasan yang ditujukan pada warga sipil tak berdosa.