REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM--Seorang siswa kelas VIII SMPN 4 Lingsar berinisial A diduga dipukul oleh oknum guru mata pelajaran seni budaya dan keterampilan karena tidak membawa buku lembar kerja siswa (LKS).
"Saya dipukul dengan pecahan batu bata pada bagian kepala lantaran tidak membawa buku LKS," katanya kepada wartawan, Selasa.
Menurut korban, saat itu ada sekitar lima orang siswa yang tidak membawa buku LKS dan mengalami nasib yang sama.
Dugaan aksi kekerasan oleh oknum guru tersebut bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya korban juga pernah dipukul menggunakan kayu karena lupa membawa buku gambar. "Memang sering mukul, dulu juga pernah dipukul karena tidak bawa buku gambar," katanya.
Akibat pemukulan itu, korban mengalami benjol pada bagian kepala belakang. Selain dipukul, korban mengaku mendapat perkataan bernada ancaman dari oknum guru bersangkutan jika tidak mau menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan.
"Kalau kamu berhenti dari sekolah sini, siapa yang mau terima kamu sekolah," kata korban menirukan ucapan guru tersebut.
Sementara itu, Ramdani Hamdi dari Divisi Hukum dan Sosial Yayasan Perduli Anak, mengatakan pemukulan ini merupakan yang kesekian kali menimpa anak-anak di yayasannya.
"Ini sudah kesekian kalinya guru yang semestinya menjadi panutan justru berperilaku seperti preman," kata Ramdani.
Menurut dia, pihaknya menyesalkan kejadian ini karena sebelumnya kepala sekolah bersama oknum guru bersangkutan telah beberapa kali melakukan mediasi dan kesepakatan untuk tidak mengulangi aksi kekerasan terhadap siswa.
Namun nampaknya kesepakatan tersebut kembali dilanggar dengan peristiwa pemukulan tersebut.
Pihak sekolah saat dikonfirmasi wartawan melalui Wakil Kepala Sekolah SMPN 4 Lingsar Ahmad Yani menolak untuk dimintai keterangan.
Ia mengaku tidak berwenang dan tidak tahu-menahu terhadap dugaan aksi pemukulan yang dituduhkan pada oknum guru di sekolahnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika