Selasa 04 Mar 2014 18:56 WIB

Pengamanan Berita Presiden, Ini Maksudnya.....

Rep: esthi maharani/ Red: Taufik Rachman
Indonesian presidential guard (Paspampres) join a security exercise in Jakarta before the 5th Bali Democracy Forum (BDF) Summit held November 8-9 in Nusa Dua, Bali. The security personnel involved in the event are from Paspampres, armed forces, and police.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Indonesian presidential guard (Paspampres) join a security exercise in Jakarta before the 5th Bali Democracy Forum (BDF) Summit held November 8-9 in Nusa Dua, Bali. The security personnel involved in the event are from Paspampres, armed forces, and police.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha menjelaskan tentang pengamanan berita presiden dan wakil presiden yang akan dilakukan oleh Grup D Paspampres. Ia mengatakan pengamanan berita bukan berarti membelenggu kerja pers.

Berita yang dimaksud adalah berita-berita yang berkaitan langsung dengan keamanan fisik. “Fokusnya tetap pada keamanan fisik, yaitu berita atau informasi yang menjadi lingkupan yang berpotensi mengganggu keamanan fisik presiden, bukan pemberitaan publiK di media massa,” katanya, Selasa (4/3).

Ia juga mencontohkan berita yang dimaksud misalnya jalur yang ditempuh presiden atau wakil presiden untuk ke kediaman pribadinya ataupun saat melakukan kunjungan kerja. Jalan atau jalur yang ditempuh presiden ataupun wakil presiden tidak boleh bocor kepada publiK untuk menghindari ancaman terhadap presiden.

“Artinya, berita yang terkait keamanan fisik presiden,” katanya. Dalam PP 59/2013 pada Pasal 3 ayat (g) disebutkan adanya pengamanan berita presiden dan wakil presiden.

Dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (7) bahwa pengamanan berita yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan kegiatan Pengamanan dilaksanakan oleh seluruh fungsi satuan Pengamanan dan instansi terkait sesuai dengan kewenangannya.Esthi Maharani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement