REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye memerintahkan kabinet pada Selasa (4/3) untuk memulai pembicaraan dengan Korea Utara mengenai masalah komunikasi melalui surat dan pesan video untuk keluarga yang terpisah oleh Perang Korea. Komentar ini muncul setelah kedua Korea pekan lalu mengadakan reuni tatap muka keluarga untuk pertama kalinya sejak tahun 2010.
Korea Selatan telah mengusulkan untuk mengadakan pertemuan serupa itu secara teratur. Tapi Utara, yang sering mencoba untuk menggunakan pertemuan itu sebagai alat tawar-menawar diplomatik, belum menanggapinya.
Puluhan ribu warga Korea Selatan telah mendaftar untuk berpartisipasi dalam acara reuni ini. Banyak yang berusia 70-an dan 80-an, dan berharap akan bertemu dengan keluarga mereka untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Tahun lalu, lebih dari 3.000 warga Korea Selatan meninggal dunia sementara nama mereka termasuk dalam daftar tunggu.
Seperti dilansir voanews.com, Park mengatakan dalam rangka mengakomodasi semua orang yang ingin berpartisipasi, setidaknya 6.000 orang harus diperbolehkan untuk bertemu dengan kerabat mereka di sisi yang lain dari perbatasan setiap tahun.
Korea Utara dan Selatan dilarang oleh pemerintah mereka untuk berhubungan satu sama lain. Kedua negara tetap dalam keadaan perang setelah konflik tahun 1950, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.