Rabu 05 Mar 2014 15:04 WIB

Saudara Kandung Karzai Akan Mundur dari Pemilihan Presiden Afghanistan

Presiden Afghanistan, Hamid Karzai
Foto: AP
Presiden Afghanistan, Hamid Karzai

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Saudara kandung presiden Afghanistan siap mengundurkan diri dari pemilihan presiden Afghanistan kata seorang kandidat lainnya, mantan menteri luar negeri Zalmay Rassoul,yang Selasa malam mengatakan mereka sepakat untuk bergabung.

"Kami sedang melakukan diskusi tentang bagaimana kami dapat bergabung,kami belum mencapai satu hasil akhir, tetapi kini sedang dibicarakan," kata Rassoul dalam wawancara di sela-sela satu debat di televisi.

Perundingan-perundingan kami belum berahir tetapi anda akan segera tahu."

Dengan satu bulan menjelang pemilu 5 April, hanya tiga kandidat yang terlibat debat di televisi mengenai kebijakan luar negeri, yang disiarkan stasiun paling populer Afghanistan.

Saudara kandung Presiden Pakistan Hamid Karzai, Qayum Karzai, yang dianggap luas sebagai salah seorang kandidat unggulan, secara tidak terduga tidak tampil dalamdebat televisi, yang menimbulkan spekulasi kuat ada perundingan dibelakang pintu tertutup mengenai tawar menawar untu menetapkan siapa yang akan ikut bertarung.

Rassoul dan Karzai keduanya adalah etnik mayoritas Pashtun sebagai presidenm dan satu aliansi antara para kandidat terkemuka Pashtun telah menjadi pusat spekulasi hangat di ibu kota itu saat pemilu semakin dekat.

Jika semua sesuai dengan rencana, pemilu itu merupakan pengalihan kekuasaan demokratis pertama. Presiden sekarang Hamid Karazai, menurut ketentuan konstitusi dilarang untuk masa jabatan ketiga.

Kanditat utama oposisi, Abdullah Abdullah, yang mundur melawan Karzai dalam pemilu tahun 2009, menyatakan cemas atas kecurangan, mengataan ia tidak khawatir atas bergabungnya dua pesaingnya itu. Pangkalan dukungannya adalah masyarakat Tajik, sebagian besar tinggal terpencar di wilayah utara negara itu.

"Saya juga mendengar ada perundingan-perundingan antara para kandidat... Saya tidak khawatir sama sekali," kata Abdullah di sela-sela debat itu.

Debat-debat TV gaya Amerika itu adalah sesuatu yang baru di Afghanistan, di mana banyak daerah negara itu masih memiiki akses terbatas bagi listrik dan lebih dari sepertiga hidup di bawah garis kemiskinan nasional, kata Bank Dunia.

Tetapi di kota-kota besar seperti ibu kota Kabul, para anggota klas yang lebih kaya mengatakan debat itu bermanfaat.

"Saya biasa menyaksikan debat-debat ini. Saya ingin mengetahui siapa yang memiliki rencana-rencana praktis bagi masa depan Afghanistan," kata Saleh Mohammad, seorang pemilik toko berusia 23 tahun di Kabul.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement