REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Lebih dari 100 Ulama yang mewakili seluruh Ulama pengasuh pondok pesantren se Jawa Timur menetapkan maklumat mengusung Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali menjadi kandidat calon Presiden (Capres) dari kalangan partai dan umat Islam. Maklumat tersebut dibacakan KH Ahmad Subadar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri mewakili KH. Anwar Iskandar sebagai Ketua Komunikasi Ulama dan pengasuh Pondok Pesantren di Jawa Timur.
"Ulama dan pengasuh Pondok Pesantren se Jawa Timur sepakat memohon kesediaan Suryadharma Ali mencalonkan sebagai capres 2014, sebagai wujud tanggung jawab umat Islam dan Nasbul Imamah di Indonesia," ujar KH. Ahmad Subadar, di Pondok Pesantren Lirboyo, Rabu (5/3).
Ia melanjutkan, dalam maklumat ini juga mengatakan bahwa hak untuk memilih dalam pemilu harus dilaksanakan dengan tanggung jawab dan akhlaqul karimah. Tiga poin penting maklumat ini diantaranya, Pertama pemilu legislatif 9 April 2014 para Ulama dan pengasuh Pondok Pesantren sepakat memilih dan memenangkan PPP sebagai representasi perwakilan umat Islam dan kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.
Kedua, mengharapkan kesediaan Suryadharma Ali menjadi capres dari umat Islam. Dan ketiga memohonkan kepada umat Islam untuk berupaya mempertahankan kelestarian dan memperjuangkan Indonesia yang Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur.
"Keputusan ini hasil pembahasan dan kesepakatan bersama para Ulama yang dituangkan dalam Maklumat yang telah ditandatangani," ungkapnya.
Sementara itu, Suryadharma Ali mengucapkan terima kasihnya atas keputusan maklumat pencalonan ini. Menurut dia maklumat ini adalah tantangan yang harus dia emban dan tugas umat Islam untuk mewujudkannya. Karena, kata dia, semua itu tergantung dukungan umat Islam yang dahulu juga ikut membesarkan PPP pada orde baru.
Tugas ini menurut dia adalah tantangan untuk mengembalikan kejayaaan umat islam di Indonesia. Karena Islam yang besar di Indonesia itu tidak sebanding dengan peran yang dipegang umat Islam di negara ini.
"Kita sering dipojokkan dengan stigma negatif oleh pihak-pihak tertentu terhadap Islam, dipandang tidak toleran, ekslusif yang hanya mementingkan kelompok tidak memperhatikan negara, hingga stigma Islam selalu melahirkan kekerasan dan terorisme," ungkapnya.