Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Ajaran Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Arti dari manunggaling kawula Gusti dianggap bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya melainkan Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah bersatu dengan Tuhannya.
Manunggaling kawula Gusti mengesankan bahwa di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan sesuai dengan ayat Alquran sebagaimana disebutkan, “Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh-Ku maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shad [38] :71-72).
Wahdatul wujud seolah-olah menjadi sebuah istilah untuk mengrangkum berbagai bentuk perjumpaan atau rasa penyatuan Tuhan dengan makhluk, khususnya manusia.
Tidak pernah tampil menjadi sebuah konsep ajaran utuh yang dipromosikan oleh seorang tokoh sufi. Hanya saja Ibnu Arabi memiliki konsep kesatuan relasi al-khalq dan al-Haq lebih mirip dengan anggapan umum wahdah, tetapi tidak sepenuhnya sama.
Menurut Ibnu 'Arabi, ada dua hal yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan, yaitu al-Haq dan al-khalq. Yang pertama, ulama kalam menyebutnya Sang Pencipta (al-Khaliq) dan yang kedua ciptaan (al-makhluk). Yang pertama, diasosiasikan sesuatu yang bersifat batin, jauhar, substansi, wujud (being, existence), lahut, yang, cahaya, wujud di depan cermin, dan aktivitas (fa'íliyyah).
Sedangkan, yang kedua diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat lahiriah, aradh, axident, mahiyah (quidity, whatness), nasut, yin, bercahaya, wujud di dalam cermin, reseptivitas (qabiliyyah), realitas (haqiqah), entitas ('ain), sesuatu (syai'), objek pengetahuan Ilahi (ma'lum).
Bagi Ibnu Arabi, segala sesuatu (mahiyah/whatness) selalu memiliki dua unsur: unsur alam (jauhar) dan unsur luar ('aradh). Jauhar adalah dimensi batin yang biasa disebut unsur ketuhanan (lahut) atau al-Haq yang ada pada setiap makhluk.
Sedangkan, 'aradh adalah dimensi lahiriah yang diistilahkan al-khalq. Yang pertama itulah wujud yang sebenarnya yang diibaratkan wujud di depan cermin. Sedangkan yang kedua, wujud kamuflase yang diibaratkan wujud di dalam cermin.
Disebut wujud sebenarnya karena Dia berhubungan dengan aktivitas (fa'iliyyat), memberi pengaruh dan efek kepada segala sesuatu (mu'atsir).
Sedangkan, yang kedua berhubungan dengan reseptivitas (qabiliyyah), menerima pengaruh dan efek (ma'tsur). Dengan meminjam istilah Taoisme, Yang Pertama memberi tindakan (yang) dan yang kedua menerima tindakan (yin). Interaksi antara yang dan yin melahirkan 1.001 macam hal.