Oleh: Ani Nursalikah
Dari tulisan-tulisan kecil diketahui putra Orhan, Murad I (1362-1389 M) memegang tahta setelah terjadi perang sipil. Pada akhir 1360-an, ia memegang tampuk kekuasaan kerajaan di Anatolia dan Eropa yang berkembang dengan pesat.
Di timur, ia menggabungkan kerajaan Turki yang berada di antara barat laut Anatolia dan Antalya di pantai Mediterania. Kisah lain mengatakan Murad memperoleh sebagian Kerajaan Germiyan sebagai hasil perkawinan putranya Bayezid dengan putri Germiyanid. Mulai dari Hamid ke selatan Germiyan, Murad memperoleh dengan cara membeli.
Amber mengatakan, pemerintahan Murad dimulai dengan sebuah kekalahan yang kemudian menahan penaklukan Ottoman di seluruh Eropa. “Kemenangan besar Murad yang pertama di Eropa kemungkinan terjadi pada 1369 M ketika pasukan Turki menduduki Adrianopel (Edirne),” ujarnya.
Penguasaan kota tersebut mendorong dua raja Serbia dari Macedonia membentuk aliansi melawan Murad dan menyerang pasukannya di sungai Maritsa pada 1371 M. Keduanya kehilangan nyawa dan dalam kata-kata Kisah Pendek Yunani dikatakan, "Sejak saat itulah kaum Muslim mulai menundukkan kerajaan-kerajaan Kristen.”
Murad mangkat
Kabar kematian Murad di Kosovo tiba di Anatolia beberapa bulan setelah pertempuran mendorong kekuatan negara tetangga menguasai wilayah Ottoman. Pada Maret 1390 M, Bayezid menaklukkan tiga kerajaan di pantai Aegea Anatolia, Saruhan, Aydin dan Menteshe.
Sulaiman Pasha yang semula memihak Bayezid berpindah memihak Burhaneddi, penguasa sebagian besar Anatolia tengah. Gerakan Bayezid berikutnya adalah melawan Sulaiman Pasha. Hasilnya adalah eksekusi yang dilaksanakan pada 1391 M dan aneksasi kerajaannya.
Selama masa perjalanan gerakan, Bayezid telah menggabungkan Kastamoni dan mungkin memperoleh aliansi dengan para raja dan kepala klan di bagian utara Anatolia.
Pasukan yang ia pimpin sangat berbeda dengan dua penguasa Ottoman sebelumnya. Ia kini memiliki pengikut Kaisar Bizantium II dengan sebuah kontingen pasukan Bizantium. Bayezid juga mendapat dukungan dari kontingen Serbia, Bulagaria dan Albania.
Pada 1392 M, perhatian utama Bayezid tampaknya terfokus pada Serbia. Setelah peperangan Kosovo, Serbia menghadapi ancaman invasi dari Kerajaan Hungaria dari utara dan Ottoman dari selatan dan timur. Penetapan kekuasaan Raja Ottoman atas Serbia, pembuangan Tsardom Bulgaria dan invasi Bayezid ke Wallachia menunjukkan ancaman pada Kerajaan Hungaria, di utara sungai Danube.
Pada 1400 M, ekspansi Kerajaan Timur ke arah barat dan ekspansi Bayezid ke timur mengarah pada konflik. Pada 1401 M, ia memimpin pasukan menuju Suriah, merebut Aleppo, Homs, Hama, Baabek dan Damaskus.
Pada 1402, Timur menginvasi Kerajaan Bayezid. Strategi Timur adalah politik dan militer dengan memanfaatkan perselisihan warga Bayezid di Anatolia. Ia melakukan negosiasi dengan kepala suku dari Anatolia yang orang-orangnya telah bertempur bersama pasukan Bayezid untuk meninggalkannya dalam pertempuran.
Lebih jauh, sebelum pertempuran dimulai, ia telah menduduki posisi yang mengontrol akses ke persediaan air. Hal ini membuat pasukan Bayezid haus bahkan sebelum konflik dimulai. Bayezid berakhir sebagai tawanan perang Timur. Ia meninggal setahun kemudian, masih dalam tawanan.