Rabu 05 Mar 2014 23:59 WIB

Urgensi Menyambung Kasih Sayang (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Nashih Nashrullah

Jangan memutus tali silaturahim. Apa pun medianya, bisa melalui jejaring sosial, telepon, atau datang langsung.

Dewan Takmir Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini mengatakan, sebagaimana hadis riwayat Tirmidzi di atas, azab akan turun bagi para pemutus silaturahim. Menurutnya, ada banyak faktor pemicu putusnya silaturahim. Kurangnya komunikasi yang menyebabkan ketiadaan saling memahami.

Akibatnya, ujar Shabahussurur, timbul salah paham. Salah paham kemudian berujung pada prasangka yang tak baik yang berakhir pada permusuhan. Tidak saling memahami timbul karena orang-orang sering kali melihat perbedaan sebagai satu kelemahan.

Padahal, perbedaan itu mestinya dikelola sebagai energi positif. Ia mengutip surah al-Hujurat ayat ke-13. Jadi, kita diciptakan berbeda, tetapi bukan untuk dipersoalkan, tuturnya.

Ia menegaskan, mereka yang memulai bertegur sapa adalah yang paling mulia. Biasanya jika telah terjadi konflik, masing-masing kubu sulit didamaikan. Kadang kala perlu orang ketiga untuk mendamaikan. Maka, orang ketiga inilah yang mulia. Sebagai Muslim yang baik, perseteruan itu tak boleh berlarut-larut.

Sekretaris Yayasan Azhar Center Ustaz Syahroni Mardani Lc mengatakan, memutus tali silaturahim berarti menghilangkan rahmat Allah SWT. Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dikenang sebagai orang yang baik maka hendaknya ia bersilaturahim, ujar pendakwah di Lembaga Kemanusiaan PKPU ini.

Bergerak untuk bersilaturahim itu berkah, ungkap sosok yang kerap menyampaikan hikmah dari kisah-kisah sunah tersebut. Bahkan, pahala semakin besar bila rela menempuh jarak jauh hanya untuk bertandang ke rumah keluarga. Sebab, besarnya pahala sebanding dengan besarnya kesulitan, katanya.

Menurut Syahroni, faktor penyebab putusnya silaturahim adalah munculnya permusuhan. Mereka yang tidak tahu pahala dan manfaat silaturahim juga kadang kala lebih memilih untuk hidup sendiri dengan keluarganya saja. Kesibukan dan jarak sering kali membuat orang malas berkunjung ke rumah kerabat dan teman kecuali ada kepentingan pribadi.

Ia menegaskan, tak boleh memendam amarah dan permusuhan lebih dari tiga hari. Saat bersilaturahim, dianjurkan untuk menceritakan kabar berita yang baik. Ceritakan tentang nikmat Allah.

Karena cerita yang baik bisa membawa pengaruh yang positif. Hindari cerita yang jelek dan keluhan, sebab itu dapat membawa pengaruh yang buruk bagi yang mendengarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement