REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembajakan masih menjadi momok serius bagi musisi serta pelaku industri musik di Indonesia. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan atau membeli produk bajakan, ditambah belum tegasnya pemerintah memerangi hal ini, membuat 'pencurian' karya cipta ini terus berkembang.
Berbagai hal kemudian dilakukan industri untuk bisa meminimalisir pembajakan. Salah satunya dengan mengembangkan pasar musik digital di Indonesia. Bisnis ini dapat menjadi solusi terbaik untuk menyiasati pembajakan fisik yang tak kunjung usai. Namun sayang bisnis ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
"Potensi itu sebenarnya dapat dimaksimalkan melalui penjualan karya melalui online store semacam iTunes, Google Music, Amazon, Rhapsody, Deezer, Spotify, Nokia Music, dan masih banyak lainnya. Sayangnya tren ini masih belum bisa dimaksimalkan para musisi, pelaku maupun penikmat industri musik di negeri kita,'' kata Chika Maryana, pelaku distribusi musik digital dari INSIDE, di Jakarta.
Chika menilai, peluang bisnis musik digital sekarang ini sebenarnya sangat besar. Peluang ini muncul seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi digital maupun perangkat gadget.
Chika melihat model penjualan secara digital ini setiap tahunnya terus memperlihatkan tren positif. Rujukan yang digunakannya adalah laporan yang dirilis International Federation of the Phonographic Industry (IFPI). IFPI adalah organisasi industri rekaman dunia yang memiliki 1.300 anggota di 66 negara.
Pada 2012, Chika menyebutkan, ada sebanyak 5,6 miliar dolar AS dana yang diterima perusahaan rekaman berkat jualan secara digital. Pemasukan tersebut meningkat sembilan persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Chika sendiri telah mengembangkan distribusi digital melalui brand INSIDE yang dipimpinnya, secara langsung kepada 160 online store di seluruh dunia. Dengan mengusung tagline 'Everyone Everyplace', ia membantu para musisi yang ingin mendistribusikan karyanya di online store.
Sekarang ini, Chika mengatakan, sudah cukup banyak karya-karya musisi anak negeri yang berada di bawah naungannya. Diantaranya ada Barry Likumahuwa, Afgan, Cherybelle, Andien, Dea Mirela, Abdul, Joeniar Arief, Cindy Bernadette, Naif, Addie MS and Twilite Orchestra, hingga dua karya musisi senior semacam Ebiet G Ade maupun Fariz RM.
"Sejauh ini kami sudah bekerja sama dengan iTunes secara langsung untuk mendistribusikan hasil karya musik kami. Rupanya usaha kami tersebut mendapatkan respons yang sangat positif dari masyarakat di seluruh dunia. Sejak saat itu kami aktif mendistribusikan hasil karya musik kepada iTunes, Google Play, Amazon, Nokia Music, Rhapsody, Deezer, Spotify dan banyak lagi," demikian Chika.