Oleh: Hannan Putra
“Kita hanya memiliki dua pilihan, menaklukkan negeri ini atau binasa!”
Andalusia adalah negeri kaum Muslimin yang pernah ditaklukkan oleh panglima perang Thariq bin Ziyad. Thariq berasal dari suku Barbar yang kemudian memeluk Islam. Entah mungkin untuk mendiskreditkan perjuangan Thariq, kata-kata ‘Barbar’ kemudian disematkan berkonotasi negatif, yang berarti tidak beradab, kejam atau kasar.
Thariq dilahirkan pada tahun 50 H (670 M), di tengah keluarga Barbar dari kabilah Nafazah, di Afrika Utara. Ia berperawakan tinggi, berkening lebar, dan berkulit putih kemerahan. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Thariq masuk Islam di tangan seorang komandan Muslim bernama Musa bin Nusair, seorang yang dikagumi karena kegagahan, kebijaksanaan dan keberaniannya. Saat itu, Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair ingin membebaskan rakyat Andalusia (Spanyol) dari ketidakadilan dan kezaliman.
Rencana Musa bin Nusair ini pun mendapat restu dari Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Pada 4 Ramadhan 91 H atau 2 April 710 M, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal—4 kapal merupakan pemberian Gubernur Julian—dan mendarat 21 hari kemudian di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Pada petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukkan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak.
Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukkan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Pada 3 Mei 711 M, Thariq membawa 7.000 tentaranya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar, diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?”
“Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan; menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”