Kamis 06 Mar 2014 13:52 WIB

Sang Penakluk Andalusia (2-habis)

Thariq bin Ziyad (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Thariq bin Ziyad (ilustrasi).

Oleh: Hannan Putra

Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100 ribu tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu.

Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12 ribu orang.

Pada 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan Muslimin yang kalah banyak terdesak.

Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick menyebarkan kabar bahwa pasukan Muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.

Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya, barisan tentara Roderick kacau-balau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri.

Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya, ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.

Setahun kemudian, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10 ribu pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara Thariq membagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibu kota Spanyol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.

Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Prancis. Hanya dalam waktu dua tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan al-Gharb (Barat).

Setelah itu, Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadapi mereka. Namun, niat itu tidak terealisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus.

Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol. Setelah bertemu khalifah, Thariq sakit dan menghembuskan napas terakhirnya. Ia telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai Muslim putra asli Afrika Utara yang menaklukkan daratan Eropa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement