REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Penyelidikan yang dilakukan pemerintah Mesir mengatakan, polisi menggunakan kekerasan berlebihan dalam tindakan keras mematikan pada pendukung Muhammad Mursi tahun lalu. Namun laporan juga menyimpulkan, pengunjuk rasa yang memulai dan meningkatkan kekerasan.
Laporan dirilis oleh Dewan Nasional untuk Hak Asasi Manusia pada Rabu (5/3), yang menyelidiki peristiwa bentrokan pada 14 Agustus 2013. Laporan menemukan bahwa 624 warga sipil dan delapan polisi tewas dalam operasi pembersihan kamp-kamp.
Sebagian besar kematian dilaporkan terjadi di kamp dekat Masjid al-Rabaa Adawiya, di Nasr City.Laporan juga menyimpulkan bahwa, polisi telah gagal menahan diri dan tak membiarkan pengunjuk rasa meninggalkan tempat tersebut dengan cepat.
Dewan Nasional juga menyimpulkan, kematian warga sipil sebagian besar oleh orang bersenjata yang menyerang kamp. Selain itu menurut mereka, kekerasan dimulai saat seorang polisi tewas oleh tembakan dari sebuah masjid.
"Pasukan keamanan memiliki alasan yang diperlukan untuk menggunakan senjata api, meski mereka gagal menahan diri dan proporsionalitas dalam intensitas tembakan,'' kata anggota dewan Nasser Amin, saat membaca kesimpulan laporan itu pada konferensi pers.
Menurutnya pasukan keamanan telah mengidentifikasi koridor yang aman bagi para demonstran. Tetapi mereka gagal untuk mengamankan, sampai setelah bentrokan mereda.