Kamis 06 Mar 2014 19:53 WIB

Kongres Muslimah akan Bahas Jilbab Polri

Rep: c57/ Red: Joko Sadewo
Ketua pelaksana Muslimah Indonesia Tuti Alawiyah (kiri) berbicara saat konfrensi pers pelaksanaan Kongres Muslimah Indonesia di Jakarta, Kamis (6/3). 32 Ormas muslimah di Indonesia akan menggelar kongres pada 7-9 Maret di Kopo, Puncak, Jawa Barat. Kongres
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua pelaksana Muslimah Indonesia Tuti Alawiyah (kiri) berbicara saat konfrensi pers pelaksanaan Kongres Muslimah Indonesia di Jakarta, Kamis (6/3). 32 Ormas muslimah di Indonesia akan menggelar kongres pada 7-9 Maret di Kopo, Puncak, Jawa Barat. Kongres

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persiapan Kongres Muslimah Indonesia telah mencapai 80 persen dan terus dimatangkan oleh panitia kongres. Informasi ini diungkapkan Ketua Panitia Kongres Muslimah Indonesia, Welya Safitri.

Welya Safitri juga menjabat Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diwawancarai di kantor sekretariat MUI pada Kamis petang (6/3).

"Kongres ini diselenggarakan di Wisma Graha Sabha - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Cikopo, Puncak. Namun acara ceremobial pembukaannya dilaksanakan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat," jelas Welya Safitri.

Adapun agenda utama penyelenggaraan Kongres Muslimah Indonesia, lanjut Welya Safitri, adalah menyamakan visi diantara muslimah Indonesia.

Acara ini, jelas Welya Safitri, diselenggarakan oleh empat Organisasi Kemasyarakatan (Omas) Islam di Indonesia, yaitu, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Kontak Majelis Ta'lim (BKMT), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).

BMOIWI, papar Welya Safitri, merupakan gabungan dari 32 Ormas wanita Islam di Indonesia. Kongres Muslimah Indonesia ini merupakan kongres yang diselenggarakan untuk pertama kalinya setelah Indonesia merdeka.

"Tujuan utama penyelenggaraan Kongres Muslimah Indonesia adalah menyatukan visi dan misi berbagai ormas kewanitaan Islam di Indonesia untuk menghadapi tantangan global; baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya," pungkas Welya Safitri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement