Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Pernyataan Ibnu Arabi ini didukung oleh salah seorang simpatisannya bernama Khaja Abdullah Anshari.
“Tak seorangpun menegaskan keesaan Zat Mahaesa, sebab semua orang yang menegaskan-Nya sesungguhnya mengingkari-Nya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak diterima oleh Zat Mahaesa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat.” (Khaja Abdullah Anshari).
Bagi Ibnu Arabi, keutuhan relasi antara al-Haq dan al-Khalq memudahkan seseorang memahami siapa Tuhan sesungguhnya. Tuhan tidak perlu dibayangkan sesuatu yang selalu bersifat transenden yang senantiasa meneropong dari jarak jauh yang selalu mengisyaratkan keterpisahan.
Bagi Ibnu Arabi, segala sesuatu (a'yan/mahiyah) memiliki unsur dalam (jauhar) dan unsur luar ('ardh), seperti halnya manusia memiliki roh Lahut jasad nasut. Yang banyak dan majmuk serta yang tampak dalam wujud luar ('ardh), itulah al-Khalq.
Wujud sejati itulah yang di depan cermin, sedangkan wujud kamuflase itulah yang di dalam cermin. Al-Haq di depan cermin dan al-khalq/ di dalam cermin. Di manapun kita berada dan apa pun yang kita saksikan maka tidak lain itu adalah manifestasi (madhhar/tajalli) dari al-Haq.
Dari sinilah bisa dengan mudah dipahami hadis Nabi: Allah SWT mengetahui jumlah semua semut hitam di atas batu hitam di tengah kegelapan malam. Allah juga Maha mengetahui jumlah bilangan pasir di pantai. Betapa tidak, siapa sesungguhnya semut hitam itu, siapa juga pasir-pasir pantai itu?
Tidak ada sesuatu tanpa ada Dia di dalamnya. Namun, sesuatu yang tampak itu tidak identik dengannya, tetapi tak terpisahkan dengan-Nya. Di mana ada sesuatu, di situ ada Dia, dan inilah makna dari dari beberapa ayat sebagai berikut:
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya, Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Mahamengetahui." (QS al-Baqarah [2]:115).
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS Qaf [50]:16).
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]:186).
“Maka, (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Anfal [8]:17).