Jumat 07 Mar 2014 10:53 WIB

Mengatur Umrah Anak-Anak (3-habis)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Peragaan manasik haji anak-anak.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Peragaan manasik haji anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Cara semacam ini rupanya tidak membuat jamaah menjadi menjauh. Djadjang mengungkapkan, para calon jamaah justru banyak yang datang dan memilih Ramani sebagai jasa peng antar beribadah ke Tanah Suci.

“Alhamdulillah, setiap tahun selalu terjadi peningkatan jamaah. Rata-rata untuk umrah kami memberangkatkan 1.000 hingga 1.200 jamaah setiap tahun,”  ujarnya dengan wajah semringah.

Untuk bisa berangkat bersama Ramani, Djadjang tidak mematok harga setinggi langit. Ia mengatakan, harga yang dibanderol untuk mengikuti program umrah selama sembilan hari hanya 2.050 dolar AS.

Dengan angka sebesar itu, para jamaah sudah bisa mendapatkan layanan terbaik. “Kami sadar dengan segmentasi yang kami bidik adalah jamaah kelas menengah ke bawah. Namun, kami selalu tetap untuk memberikan pelayanan maksimal kepada para tamu Allah dengan harga yang cukup terjangkau,” katanya menjelaskan.

Djadjang menyatakan, untuk pesawat yang digunakan membawa jamaah ke Tanah Suci umumnya adalah Garuda Indonesia. Selain itu, pihaknya pernah pula menggunakan jasa maskapai asing, seperti Saudi Arabia Airlines, Qatar Airlines, Etihad, hingga Emirates Airlines.

Apakah para jamaah itu akan diterbangkan secara langsung ke Tanah Suci? Menurut Djadjang, penerbangan langsung atau tidak langsung bukanlah persoalan utama. “Bagaimana mungkin jika penerbangannya langsung, tetapi masih terlambat. Nah, hal itulah yang sebenarnya kami jaga. Kami ingin memberikan pelayanan kepada para jamaah secara baik dan membuat mereka nyaman,” tuturnya.

Selanjutnya, untuk pilihan penginapan, Djadjang mengatakan, Ramani hanya menempatkan para jamaah di hotel bertaraf bintang tiga. “Kami sadar dengan anggaran yang kami tawarkan tak bisa memberikan hotel yang lebih dari itu,” ujarnya.

Sedangkan untuk bimbingan rohani kepada para jamaah, Djadjang menjelaskan, pihaknya selalu menyiapkan seorang ustaz dalam satu bus. Satu bus berisi hingga 45 jamaah. Selain ustaz, hadir juga pembimbing lokal atau mutawif.

“Selama di sana kami juga selalu melakukan diskusi dan pengajian yang sifatnya untuk membekali pengetahuan keagamaan kepada para jamaah. Kami ingin selama di Tanah Suci, para jamaah bisa memahami setiap ritual yang mereka lakukan serta apa saja yang jangan sampai ditinggalkan,” paparnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement