REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Sekitar 300 ayam yang mati di wilayah Segoroyoso, Plered, Kabupaten Bantul itu merupakan kumulatif ayam yang mati selama bulan Februari lalu.
Sudah diinvestigasikan oleh petugas di Kabupaten Bantul, penyebab kematian ayam tersebut bukan Flu Burung (H5N1) melainkan penyakit Tetelo atau Newcastle Disease (ND), kata Kepala Seksi P4H (Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan) Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Wisnau Sukmono pada Republika, Jum'at (7/3).
Ayam kampung yang mati tersebut biasanya tidak dikandanagkan dan berada di pohon-pohon. Sehingga mudah menular. Sehingga bila ada satu ayam terkena penyakit tetelo yang disebabkan oleh virus akan mudah menular ke ayam yang lain. Untuk pencegahan harus //security//nya bagus, disemprot kandang di sekitar ayam yang mati, ayam dijaga staminanya. ''Tetapi karena peternakannya benar-benar tradisional yakni tidak dikandangkan, akan mudah menular,''ungkapnya.
Karena itu, kata Wisnu menambahkan, pihaknya secara pelan-pelan akan mengedukasi masyarakat yang beternak ayamnya masih tradisional supaya mau mengandangkan ayamnya . Karena hal itu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Sebetulnya, sebelum virus masuk ke dalam satu wilayah, kadang harus disemprot. Tapi kalau ayam tidak dikandangkan akan sulit mencegahnya, tutur dia.