Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Alquran bisa dibaca dalam perspektif indrawi, yaitu membaca dengan hanya melibatkan mata membaca huruf demi huruf Alquran.
Alquran, menurut Ibnu Abbas, bagaikan intan berlian yang memiliki sudut lekuk yang memantulkan cahaya warna-warni. Setiap orang bisa menikmati sudut cahaya keindahannya. Semakin ditatap, semakin menyenangkan.
Kenyataannya memang demikian, setiap ilmuan bisa memperoleh sandaran keilmuannya di dalam Alquran. Dari ilmuan sosial dengan berbagai cabangnya sampai pada ilmuan eksak dengan segala jurusannya, semuanya bisa menemukan dasar legitimasi di dalam Alquran.
Ahli sastra (Arab) pasti akan terkagum-kagum terhadap balaghah Alquran, ahli ekonomi pasti akan terkagum-kagum dengan konsep pascapanen Nabi Yusuf, ahli hukum tentu akan sangat kagum terhadap konsep hukum kekeluargaan (al-ahwal al-syakhshiyyah) dalam Alquran, ahli sejarah tentu akan tertarik dengan konsep pemaparan kisah-kisah Alquran.
Selain itu, ahli politik tentu akan kagum terhadap pola dialektik Alquran dalam meraih pengaruh di masyarakat dan ahli pendidikan juga akan kagum dengan konsep the long life education Alquran.
Demikian pula ilmuwan eksak, misalnya para ahli matematika akan takjub dengan struktur matematis bahasa Alquran. Ilmuwan fisika, biologi, dan kimia pasti akan kagum dengan sejumlah pernyataan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) di dalam Alquran, yang oleh Maurice Buchaile tidak satu pun yang bertentangan dengan teori sains modern, sampai kepada ahli ilmu masa depan (futurolog) juga akan takjub kebenaran-kebenaran ungkapan dan prediksi Alquran yang turun 14 abad silam.
Menurut penyair dan sufi kawakan Syekh Jalaluddin Rumi, Alquran itu bagaikan susu perempuan, bisa memuaskan bayi yang kelaparan sekaligus (maaf) sang ayah. Alquran bisa memberikan kepuasan kepada seluruh lapisan masyarakat pembacanya, mulai dari masyarakat awam sampai kepada kelompok khawash al-khawash.
Alquran bisa dibaca dalam perspektif indrawi, yaitu membaca dengan hanya melibatkan mata membaca huruf demi huruf Alquran. Orang-orang pun sekarang bisa menikmati bacaan Alquran dengan hadirnya teknologi perekam suara-suara qari dari berbagai jenis bacaan (qiraah).
Walaupun pembacaan Alquran secara indrawi adalah lebih pasif tetapi orang-orang bisa merasakan getaran vibrasi kesucian bahasa Alquran dengan membaca atau mendengarnya, betapa pun ia tidak memahami artinya.